BANYAK kita jumpai muslim yang sok bijak dengan mengambil sikap katanya "netral", tanpa sadar mencari muka di hadapan manusia tapi buang muka dari rida Allah Ta'ala.
Penistaan terhadap Islam melalui film FITNA (2007), karikatur menggambarkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam di Denmark (2006), di Perancis (Charli Hebdo-2015), termasuk penistaan Alquran oleh Ahok, atau kasus-kasus lang lainnya semuanya disikapi netral, baik karena khawatir dibilang fanatik, khawatir SARA, dan "gak enak ama tetangga sebelah" dan alasan-alasan yang dibangun oleh persepsi dan ilusi, bukan iman dan argumentasi.
Ketahuilah, netral dalam situasi seperti ini adalah setan bisu namanya. Abu Ali Ad Daqaq Rahimahullah mengatakan: "Siapa yang diam saja tidak mengambil sikap bersama Al Haq, maka dia adalah setan bisu." (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 2/20)
Ketahuilah, Abu Thalib wafat tetap dalam keadaan kafir lantaran tidak enakan terhadap kaumnya, dia pun memilih netral. Ketahuilah, pertarungan Al Haq dan Al Bathil itu abadi selamanya, memang mau seumur hidup jadi Muslim abu-abu?
Ketahuilah, di akhirat nanti tidak ada netral, adanya golongan kanan dan golongan kiri, perjelas posisimu! Ketahuilah, di akhirat nanti hanya ada golongan manusia, ahli surga dan ahli neraka, bahkan ashhabul a'raf pun akhirnya masuk surga, perjelas sikapmu! Rencanakan tempatmu!
Ketahuilah, netral itu bukan kemajuan sikap, tapi jumud, kaku, statis, dan jalan di tempat, lihat tuh motor, kalo netral, gak bisa jalan kan? Ketahuilah, hidup di dunia hanya sekali dan mati juga sekali, maka matilah dalam keadaan muslim yang dibanggakan orang-orang beriman dan Rabbmu, matilah di atas jalan yang pernah dititi para pejuang mukmin dan pendahulu yang saleh.
Perhatikan firman Rabbmu:
"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An Nisa: 115)
Wallahu A'lam. [Ustadz Farid Nu'man Hasan.S.S.]