SAAT ini para pemuda Indonesia banyak yang memiliki kesempatan untuk belajar ke luar negeri, baik di Eropa dan Amerika maupun negara-negara di Asia dan Timur Tengah. Tentu saja ini adalah momen yang sangat baik di mana para penerus bangsa berkemampuan untuk menimba ilmu hingga ke berbagai belahan bumi.
Kita bisa belajar dari para ahli dan di tempat terbaik di bidangnya. Berinteraksi dengan banyak orang dari bermacam negara juga akan menjadi pengalaman yang sangat berharga. Dalam hal ini, kita berkesempatan untuk mengenal kebiasaan dan karakter banyak manusia yang sudah kodratnya diciptakan oleh Allah Swt berbangsa-bangsa.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujuurat [49]: 13)
Ini adalah kondisi yang baik di mana kita bisa memetik banyak pelajaran hidup dan hikmah. Namun, di satu sisi ada sesuatu yang jangan sampai lepas dari perhatian kita sebagai pemuda muslim. Terutama di antara yang memutuskan untuk melanjutkan studi di negara-negara mayoritas non-muslim. Karena di sana kita tidak hanya tinggal sebulan dua bulan, tetapi setahun dua tahun.
Ada nasihat yang begitu baik dan perlu kita cermati dari Syaikh Al Qaradhawi, tentang para pemuda yang hidup di negeri mayoritas non-muslim. Sebagai pelajar kita memiliki tanggung jawab utama untuk belajar. Kemudian sebagai pemuda muslim kita pun tidak bisa lepas dari tanggung jawab seorang muslim.
Lalu, apa saja tanggung jawab tersebut. Berikut Syaikh Al Qaradhawi menguraikannya.
1. Menjaga identitas muslim
Apa artinya gelar keilmuan tinggi jika kita kehilangan derajat yang tinggi di sisi Allah Swt? Naudzubillah. Karena itu, di belahan bumi mana pun kita berpijak sudah kewajiban dan tanggung jawab kita untuk menjaga identitas muslim kita. Sesulit apapun menemukan tempat shalat, kita tetap harus mendirikannya. Tetaplah berzakat. Sepanjang apapun kita melewatkan siang hari, tetaplah berpuasa wajib. Kita harus tetap berpantang dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah Swt, serta tetap memperhatikan rambu-rambu agama di manapun kapan pun.
Allah Swt berfirman, “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah (kiblat Allah). Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah [2]: 115)
Sesungguhnya kita tetap harus menyembah-Nya di mana pun, sebagaimana sabda Rasulullah, “Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada, dan hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)
Di belahan bumi mana pun kita menjunjung langit, kita tetap harus bertakwa kepada-Nya. Tetap harus hidup dengan keislaman kita dan berjuang menjaganya. Alih-alih kita yang terwarnai oleh budaya non-muslim, kitalah yang harus memberikan warna.
Islam adalah manhaj yang moderat bagi masyarakat moderat.
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS. Al baqarah [2]: 143)
2. Menjaga keturunan dan keluarga
Sudah kewajiban kita untuk menjaga keislaman dalam diri kita. Namun, tentu ini tidak cukup sampai di sini. Kita juga bertanggung jawab untuk menjaga identitas kemusliman keluarga, terlebih bagi di antara kita yang telah menikah. Jangan biarkan keluarga kita mencair dan terlarut dalam budaya non-muslim.
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At Tahrim [66]: 6)
Di tengah-tengah mereka yang bukan muslim, kita harus bangga dengan keislaman kita. Karena sesungguhnya Allah Swt tidak membanggakan seseorang atas dasar dari bangsa mereka berasal, melainkan karena ia seorang muslim.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’” (QS. Fushshilat [41]: 33) []/bersambung…
↧
Tanggung Jawab Muslim di Negeri Minoritas (bag 1)
↧