DI sisi lain, ketika dia tengah diliputi kebaikan dan kemudahan hidup. Lagi-lagi sifat buruknya muncul. Dia menjadi orang yang sangat kikir, tidak mau berbagi sedikit pun kebahagiaan yang dimilikinya kepada orang lain.
Dia simpan dan gengam erat-erat nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Dia berbangga diri dengan kekayaan melimpah yang dimilikinya. Dia menjadi jumawa dengan jabatan dan kedudukan yang telah berhasil direngkuhnya. Dia menjadi sombong dengan segala yang dimiliknya. Dia lupa bahwa semua yang saat ini ada dalam kehidupannya adalah nikmat Allah yang diberikan kepadanya. Semua yang dimilikinya sesungguhnya hanyalah titipan Allah semata.
Untuk menyadarkan kita semua akan sifat buruk tersebut, ada baiknya kita menyimak uraian ayat ke-26 dari QS. Ali Imran berikut ini: "Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yangEngkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu."
Secara tegas ayat di atas menunjukkan bahwa segala kekuasaan, kelimpahan, kemuliaan yang ada pada manusia semua berasal dari Allah Swt. Sebaliknya, segala kehinaan, kerendahan, ketidakberdayaan akan Allah hadirkan kepada merek yang terlena dan terbuai oleh tipu daya gemerlap dunia.
Betapa banyak kita saksikan dalam kehidupan ini, orang-orang yang Allah karuniai kelimpahan rezeki, tetapi alih-alih bersyukur justru mereka lalai dan terlena dengan nikmat tersebut. Mereka gunakan harta serta kekayaan yang melimpah itu untuk berbuat maksiat kepada Allah. Mereka banggakan kekayaan yang dimilikinya. Mereka menjadi manusia-manusia yang angkuh dan sombong. Mereka juga sangat kikir. Mereka enggan membelanjakan harta dan kekayaannya di jalan Allah. Mereka memilih untuk menempuh hidup dalam kemewahan. [Didi Junaedi]/selesai