SANGAT banyak orang senang berkumpul dengan mereka yang tak memiliki harta di tangannya, sebagaimana sangat banyak orang yang tak suka duduk bersama dengan orang yang di tangannya bertumpuk uang dan permata.
Sangat banyak orang yang senang berkumpul dengan orang yang tak memiliki sejumlah gelar dan pangkat selain manusia biasa, sebagaimana sangat banyak orang yang tak senang berkumpul dengan orang dengan seabrek gelar dan jabatan yang membuat dirinya merasa sebagai orang luar biasa.
Rupanya masih banyak orang yang sadar bahwa uang, gelar dan pangkat adalah bukan sesuatu yang abadi dan diabadikan oleh kehidupan. Yang senantiasa tetap bertahan sebagai prinsip yang senantiasa harus ada adalah kewajaran, kesederhanaan, kebijaksanaan dan nilai hakiki kemanusiaan. Ketidakwajaran, ketidaksederhanaan dan ketidakbijaksanaan adalah sikap bengkok yang menyimpang dari garis lurus yang seharusnya dijalani, penyimpangan dari ekuilibrium yang akan selalu menciptakan turbulensi sosial.
Sepertinya kita harus lebih hati-hati dengan iklan kemewahan yang setiap saat ditayangkan di depan kita, mulai dari kemewahan benda sampai pada kemewahan gaya hidup. Ketika iklan seperti itu begitu massif dan rutin ditanamkan di benak rakyat, terutama kaum muda, maka jangan salahkan kalau orientasi duniawi jauh meninggalkan orientasi ukhrawi, jangan salahkan kalau nasionalisme dijual demi kepuasan materi, dan jangan salahkan kalau masjid, mushalla dan langgar tak lagi berpenghuni kecuali kalau ada jenazah mau dishalati.
Iklan yang saya maksud bukan hanya berupa iklan di TV melainkan pula gaya hidup para pejabat dan para tokoh yang setiap hari menjadi pemandangan wajib rakyat-rakyatnya. Sungguh kami ingin merasakan hidup bersama pemimpin sederhana seperti yang banyak kami baca dalam buku sejarah, mulai dari para nabi, para sahabat dan para pemimpin yang satu rasa dengan mereka.
Jangan sampai kemuliaan, kesederhanaan dan kesantunan itu hanya menjadi milik orang-orang lama, melainkan juga harus dimiliki orang orang-orang kini dan akan datang. Dengan apa kita meraih dan memilikinya? Kita kaji di pengajian rutin Sabtu Sore di Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. Salam, AIM, Pengasuh. [*]