INILAHCOM, Jakarta -- Pada bagian pertama kita telah melewati duasumber kekuatan yaitu keimanan kepada Allah dan keimanan pada Haq (kebenaran). Mari kita simak kelanjutannya.
3. Keimanan kepada Hari Kiamat.Keyakinan akan adanya kehidupan setelah kehidupan ini bagaikan mesin diesel yang mendorong manusia untuk berbuat baik. Seberat apapun tantangan yang ada dihadapannya akan mampu dilewati karena ia yakin bahwa disana akan ada kehidupan sebenarnya yang abadi.
Keyakinan pada Hari Akhir membuat manusia merasa tenang karena jika kebaikannya tidak terbalaskan di dunia, masih ada alam selanjutnya, tempat merasakan buah kebaikan yang selama ini ia perbuat.
Kenapa pula kita harus mengabaikan segala kenikmatan dunia yang “dilarang” oleh agama?Semua itu karena keyakinan akan adanya hari pembalasan. Andai semua akan berakhir setelah kematian, kenapa kita harus susah-susah menahan diri dari berbagai kenikmatan yang “berdosa”? bukankah setelah ini kita semua akan mati dan semuanya selesai? Sungguh rugi jika kita tidak menikmati kenikmatan dunia sebanyak-banyaknya.
Namun itulah kenapa Al-Qur’an selalu mengulang-ngulang untuk mengingatkan hari Akhir. Karena selain mendorong kita untuk berbuat baik, mengingat Hari Akhir juga berfungsi sebagai rem yang sangat ampuh untuk menahan kita dari pebuatan keji dan dosa.
Keyakinan pada Hari Akhir adalah sumber kekuatan bagi setiap mukmin. Mereka tidak pernah menyesal dengan kebaikan yang telah ia berikan. Dan mereka tetap akan bersabar walau seberat apapun kehidupan yang mereka terima. Karena mereka yakin, nanti ada saatnya menuai amal baik dan kesabaran selama di dunia.
4. Keimanan kepada Qodho’ dan Qodar.Pada poin yang keempat ini, kita tidak akan masuk ke dalam pembahasan akidah tentang qodho dan qodar. Namun pada intinya, ketika seseorang yakin bahwa semua yang terjadi ini atas izin Allah maka hatinya akan tenang dan kuat. Karena semua adalah ketentuan-Nya dan ketentuann-Nya pasti yang terbaik.
Seorang orientalis pernah berkata bahwa penyebab kemunduran kaum muslimin adalah karena mereka yakin bahwa semua ini telah ditentukan oleh Allah. Kemudian Sayyid Jamaluddin Al-Afghani membuat buku kecil untuk menjawab tuduhan ini, inti dari buku itu adalah :“Justru ketika kaum mukminin percaya dengan Qodho dan Qodhar, mereka akan lebih berani karena hatinya yakin tidak ada yang terjadi kecuali telah ditetapkan oleh Allah swt.”
Kenapa harus takut? Kenapa harus mundur disaat ada badai rintangan menerpa. Bukankah semua itu terjadi atas izin Allah? Bukankah Allah tidak akan menyia-nyiakan kaum mukminin?
Namun ingatlah bahwa yakin kepada Qodho dan Qodar bukan berarti diam menanti takdir. Keyakinan ini harus membawa kita untuk bersiap dan berbuat semampu kita. Setelah itu yakinlah bahwa yang terjadi adalah yang terbaik dan semua atas izin Allah swt.
وَأَعِدُّواْلَهُممَّااسْتَطَعْتُممِّنقُوَّةٍ“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki” (QS.Al-Anfal:60)
5. Keimanan kepada Ukhuwah Islamiyah.Sumber kekuatan kelima ini juga tak kalah pentingnya. Sumber kekuatan yang membuat seorang mukmin tetap pede, tegar dan kuat adalah keyakinan bahwa ia tidak sendiri. Jika muslimin sadar akan pentingnya ukhuwah, maka kemanapun mereka pergi akan merasa berada ditengah keluarga sendiri.
Ketika merasa ada ancaman, hatinya tenang karena banyak saudara muslim disekitarnya. Ketika miskin dan membutuhkan, banyak saudara muslim yang siap membantunya. Dan ketika mampu dia juga siap membantu saudara lain yang membutuhkannya.
Kesadaran akan ukhuwah artinya adalah sadar bahwa belum sempurna iman seseorang yang tidak mencintai kaum muslimin seperti ia mencintai dirinya sendiri. Bukankah Nabi sering berpesan bahwa seorang muslim dengan saudaranya yang lain bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit.
Namun kenyataan berbicara lain. Kaum muslimin cenderung hidup sendiri-sendiri dan kepeduliannya luntur. Hilang sudah makna persaudaraan, hilang sudah makna satu tubuh yang ikut merasakan rasa sakit saudaranya.
Kenapa ini bisa terjadi?Mari kita berkunjung ke ruang operasi. Saat operasi dijalankan, pasti ada bagian tubuh yang dibedah. Harusnya ketika satu bagian dibedah, maka bagian tubuh lain akan merasakan sakit. Tapi kenapa saat itu tidak merasa sakit? Karena adanya Obat Bius !
Ya, hilangnya kepedulian kaum muslimin kepada saudaranya adalah karena ada obat bius yang disuntikkan dalam kehidupan mereka. Hingga tidak ada lagi sensitifitas kepada kondisi saudaranya. Mereka dibius dengan bermacam cara. Mulai dari urusan ekonomi, budaya hingga sosial.
Bahkan tak hanya dibius, kaum muslimin dipermainkan sehingga segalanya berubah. Yang seharusnya saling melindungi kini saling memaki. Seharunya saling menjaga kini saling membunuh.
Sadarlah wahai muslimin.. Coba bayangkan betapa kuatnya kita jika keyakinan akan ukhuwah itu tumbuh? Kita memandang semua adalah saudara. Pandangan yang penuh rahmat dan kasih sayang. Lalu kita akan berdiri tegak dan berkata, “Apalagi rintangan dan tantangan yang harus kami takuti?”
Bagaimana akan takut sementara disamping kita ada saudara yang siap membela. Semakin sadar maka semakin besar pula pembelaannya.Semoga kita digolongkan sebagai kaum mukminin yang memiliki hati yang kuat dan semoga Allah menyatukan kembali hati kaum muslimin yang sedang terlena oleh bius sang musuh. [ ]
Sumber : khazanahalquran