PENYEBAB kedua mengapa seseorang memilih bersikap riya' adalah karena ingin lari dari sakitnya cacian, celaan atau hinaan. Berupayalah dia mencari jalan untuk dipuji dengan dugaan bahwa dipuji itu nikmat dan bahagia. Tak panjang pikirannya bahwa pujian orang itu tak selalu tulus melainkan karena ada motif tersembunyi.
Lakukanlah kebaikan hanya karena Allah dengan keyakinan akan kebenaran firmannya bahwa kebaikan itu akan berbalas kebaikan. Menarik untuk merenungkan nasehat orang bijak: "Teruslah berbuat baik walaupun tak ada yang memujimu dan bahkan yang ada adalah yang menghinamu. Kebaikanmu adalah urusanmu dengan Tuhanmu, sementara hinaan mereka adalah urusan mereka dengan Tuhan mereka."
Penyebab ketiga adalah tamak (berkehendak keras untuk mendapatkan) apa-apa yang dimiliki orang lain. Dipilihlah jalan pintas dengan menampilkan sesuatu yang sekiranya menarik perhatian orang yang darinya diharapkan sesuatu yang diinginkannya.
Ada istilah ABS (Asal Bapak Senang) yang sangat populer sejak dulu hingga kini. Istilah ini dilabelkan pada kebiasaan bawahan yang senantiasa berkeinginan mendapatkan pujian atasan dengan melakukan apa saja walau apa saja yang dimaksudkan itu melanggar norma hukum dan norma agama. Benar-benar pengorbanan demi mendapatkan pujian atasan.
Apa yang akan didapatkan oleh mereka yang riya'? Mungkin saja dia sukses mendapatkan pujian dari yang dituju, namun sulit mendapatkan pujian dari banyak orang. Pada akhirnya, ruang geraknya akan terbatas dan seiring perubahan dia akan tertunduk lesu di pojok keterhinaan. Lebih dari itu, dia akan kehilangan muka di hadapan Allah. Salam, AIM, Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya.