ADA hadits tentang cinta hakiki yang jarang dipahami secara mendalam oleh banyak pembacanya. Menurut hadits itu, kalau Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil Jibril dan berfirman: "Aku mencintai Fulan, maka cintai dia." Jibril kemudian berkata kepada penduduk langit: "Allah mencintai Fulan, maka kalian harus mencintainya." Maka jadilah si Fulan itu menjadi orang yang dicinta dan diterima sepenuh hati di muka bumi.
Jadi cinta sejati itu hadir dari atas langit, bukan melalui iklan yang bertebaran dan promosi yang digembar-gemborkan. Cinta yang tak hadir dari langit adalah cinta yang berwaktu, cinta yang terseok-seok dalam menjalani cerita kehidupan. Inilah alasan mengapa taqarrubb (mendekat kepada Allah), doa, istikharah dan shalat hajat menjadi penting.
Cintanya Allah kepada seorang hamba adalah kata kunci menjadi orang yang dicinta. Kalau sudah digapai, tak perlu lagi khawatir dengan hinaan, cacian dan penjelekan oleh orang lain kepada dirinya.
Sang pembenci dan pemilik iri hati dan dengki akan pasti selalu ada, walau akhirnya akan mundur dan hancur sendiri. Tak perlu lagi gelisah dengan upaya orang lain untuk meruntuhkan dirinya demi mengangkat dirinya sendiri. Yang memusuhi mereka yang dicinta Allah pada waktunya akan kalah sendiri karena sesungguhnya dia beroposisi dengan Allah.
Musuh, pembenci, tukang iri hati tak mesti datang dari jauh, bahkan bisa jadi dari orang yang paling dekat dengan kita. Karena itulah maka muncul istilah "musuh dalam selimut." Kata guru saya: "Sejarah mengajarkan bahwa yang tak mungkin menjadi musuhmu hanyalah ibumu yang melahirkan, membesarkan dan kemudian membiarkanmu bahagia walau tanpa mengingat jasanya kembali." Salam, AIM. [*]