SAHABAT saya, Husain M. Syamir, bercerita bahwa ada seorang muslim asal Pakistan bertemu dengan seorang Muallaf asal Filipina, lalu bersahabatlah mereka yang lain ras dan budaya itu. Lelaki pakistan itu mengajari lelaki Filipina itu tentang ajaran Islam yang penuh kelembutan dan keindahan. Muallaf Filipina ini kemudian pulang ke negaranya. Subhanallah, sekitar 25 ribu orang memeluk Islam dalam bimbingannya.
Luar biasa sekali ketika aspek kelembutan dan keindahan Islam dijadikan sebagai jalan dakwah, pegangan kehidupan dan pandangan dasar dalam menjalani hidup ini. Yang tumbuh adalah cinta dan penerimaan hati dengan penuh ketulusan. Begitu banyak ayat dan hadits yang berbicara tentang cinta, kasih sayang dan kelembutan, lalu mengapa yang banyak muncul ke permukaan adalah potret yang sebaliknya?
Begitu banyak saat ini mereka yang sibuk menampilkan "Islam" dalam wajah sangar, penuh kebencian dan caci maki. Terlebih lagi adalah mereka yang sibuk membagi kaum muslimin menjadi dua golongan besar: golongan neraka dan surga berdasarkan kepala mereka sendiri. Situs islam di internet, misalnya, sungguh cukup menjadi bukti dominasi wajah "islam" yang seperti ini.
Kedamaian tidak pernah dibangun di atas kebencian. Kasih sayang tak akan mungkin tumbuh berkembang diatas bentakan dan cacian. Persatuan tidak mungkin tercipta di atas pemisahan-pemisahan eksklusifimisme. Kedamaian, kasih sayang dan persatuan akan terwujud atas dasar cinta, kelembutan, apresiasi dan kesatuan rasa.
Waktunya kita semua mengkaji pesan-pesan inti dari Islam, akhlak-akhlak utama dari Rasulullah Sang panutan. Saatnya kita membaca ulang kearifan sejarah, jangan tunda-tunda lagi kita memungut dan mengenakan mutiara-mutiara hikmah yang sementara ini banyak dibuang dan disia-siakan. Belajarlah dan mengajilah. Salam, AIM, Pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]