“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat.”(QS. Ibrahim [14]: 7)
SAUDARAKU, sudah menjadi jaminan Allah bahwa sekiranya kita bersyukur, Allah pasti menambah nikmat-Nya. Pasti! Tidak mungkin meleset dan mustahil tidak ditepati. Jangan pernah cemas terhadapkarunia-Nya. Allah mengetahui isi hati kita, apa saja yang kita inginkan. Semua yang kita inginkan pasti ada dalam kekuasaan-Nya. Oleh sebab itu, mari kita berfokus pada syukur.
Syukur adalah tali mengikat nikmat yang ada, dan menarik nikmat yang belum ada. Kita tidak bisa mensyukuri nikmat yang besar, kalau nikmat kecil tidak sanggup disyukuri. Keahlian bersyukur ini mutlak harus dimiliki, selain keahlian bersabar.
Syarat syukur yang pertama adalah yakin semua nikmat hanya milik Allah. Jadi, mari! Mulai saat ini tidak boleh menganggap ada sumber karunia selain Allah. Tidak ada yang menghidupkan, memberi makan, memuliakan, membahagiakan, mendatangkan sakinah, kesembuhan, perjodohan, dan membolak-balik hati, selain Allah. Apa pun karunia hanya dari dan atas izin-Nya.
Selain Allah hanyalah makhluk yang menjadi jalan sampainya takdir Allah. Jika menganggap ada makhluk sebagai sumber karunia, maka hati inisulit bersih kepada Allah. Kita cenderung mencari muka di depan makhluk. Berharap dan berakting supaya makhluk senang kepada kita lalu memberi.
Contohnya, mungkin saudara bisa membedakan antara pedagang yang akhlaknya ramah agar orang membeli, dan pedagang yang akhlaknya ramah agar Allah meridhoi. Bagi yang akhlaknya dibuat-buat untuk memikat pembeli, berarti masih menganggap rezeki datang dari orang atau makhluk. Sedangkan bagi yang yakin rezeki hanya dari Allah, orang jadi membeli atau tidak, akhlaknya akan tetap ramah.
Dagangan dibeli atau tidak, bukan masalah. Yang penting akhlak kita sudah baik, dan Allah ridho. Tidak merasa memiliki saingan. Karena sebenarnya kita sama sekali tidak punya saingan. Semuanya diciptakan dan diberi oleh Allah. Apa yang untuk orang lain tidak akan sampai pada kita, begitu sebaliknya.Jadi, kita harus menanamkan keyakinan hanya Allah sumber seluruh karunia. Selain Allah hanya makhluk, sebagai jalan dari Allah.
Syarat syukur kedua adalah berdoa alhamdulillah. Segala puji hanya bagi Allah. Harus ditekankan bahwa hanya bagi Allah. Kita sendiri tidak turut serta di dalamnya. Benar-benar seluruh pujian hanya untuk Allah. Jadi bukan sekadar basa-basi.
Misalkan ada yang berkata,“Wah, anaknya pintar sekali.” Lalu orangtuanya menjawab, “Alhamdulillaahi rabbil’alamiin, memang tergantung keturunan.” Yang begini berarti cuma basa-basi. Lupa siapa sebenarnya yang membikin otak. Padahal kita sendiri membuat masakan otak-otak saja belum tentu bisa.
Hati-hatilah bagi yang mendapat pujian. Jangan pernah merasa apa yang dipuji itu milik kita. Otak, wajah, kulit, otot, dan semuanya adalah karunia Allah. Harus benar-benar diperiksa. Karena kelezatan menerima pujian itu menepikan Allah di hati ini. Tentunya juga ketika kita mau memuji, maka ingatlah Allah SWT.
“Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan segala puji di akhirat bagi Allah. Dan Dia-lah Yang Mahabijaksana, Mahateliti.”(QS. Saba’ [34]: 1)
Mari kita berlatih menjadi ahli syukur dengan mengingat dan mensyukuri nikmat demi nikmat yang kecil. Seperti nikmat melihat dan mendengar. Sebetulnya ini termasuk nikmat yang besar, tapi sering dilupakan dan disepelekan, termasuk karunia membaui. Kita suka marah saat ada yang kentut. Padahal ketika kita bisa membaui bau yang tidak sedap itu karunia. Bahwa kita masih diberi penciuman yang normal. Seharusnya, alhamdulillah.
Kita juga lebih suka memikirkan karunia-karunia yang belum ada. Seakan butir-butir nasi hari ini bukan nikmat. Padahal, betapa perjalanan nasi sampai ke piring kita sangatlah lama. Sejak disiapkan lahan dan benihnya lalu ditanam, dipupuk, dituai, ditumbuk, diangkut hingga dimasak. Apakah kita kenal siapa saja orang yang terlibat dalam seluruh proses itu? Tidak! Bisa saja salah seorang di antaranya adalah orang yang tidak sengaja kita injak kakinya sewaktu turun dari angkot.
Itu baru nasi. Belum lagi ikan yang kita makan. Apakah saudara mengetahui di mana ibunya yang telah melahirkan dan mengajarinya berenang? Tidak. Allah yang terus-menerus mengurus dan memberikan karunia-Nya kepada kita. Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan seluruh alam. [*]