Quantcast
Channel: Inilah.com - Mozaik
Viewing all articles
Browse latest Browse all 12804

Merasakan Manisnya Ibadah

$
0
0

TANDA-TANDA seseorang itu berada dalam posisi nyaman adalah merasa betah dalam posisi itu dan merasa gelisah ketika tidak berada dalam posisi tersebut. Yang menjadikan nyaman adalah guna dan kemanfaatan atau buah manis dari apa yang dilakukan. Sulit untuk bertahan melakukan sesuatu yang tidak memberikan kebahagiaan, ketenangan dan kesenangan.

Mengapa seseorang enggan atau malas melakukan ibadah adalah pertanyaan yang sangat sering kita dengar. Jawabannya bisa beragam, namun semuanya bermuara pada satu jawaban pasti, yaitu karena tidak tahu dan tidak pernah merasakan manisnya ibadah.

Sama halnya dengan orang berkeluarga, suami isteri akan utuh dan akur ketika sama-sama merasakan manisnya hidup bersama dan salah satunya atau kedua-duanya akan keluar dari ikatan ketika keseluruhan hubugannya berisikan kepahitan dan penderitaan.

Orang yang merasakan manisnya shalat akan istiqamah menjalankannya di mana pun, kapan pun dan dalam kondisi bagaimana pun. Sangat banyak kisah sampai ke telinga kita tentang orang yang selalu menanyakan waktu shalat menjelang kematiannya atau orang yang menghiasi hari-harinya dengan puluhan bahkan ratusan rakaat shalat sunnat. Demikian juga dengan orang yang merasakan manisnya mengaji al-Qur’an dan puasa, hari-harinya akan dihiasi oleh ibadah yang dirasakan manisnya.

Permasalahannya adalah bagaimana cara kita segera bisa merasakan manisnya ibadah agar keengganan dan kemalasan ibadah bisa diobati? Tulisan ini bermaksud membagi pengalaman baik Syekh Naisaburi yang berhasil migrasi dari zona malas ibadah ke zona rajin ibadah, berhasil merasakan manisnya ibadah setelah melakukan perubahan besar dalam kehidupannya.

Syekh Naisaburi menyatakan: “Saya beribadah kepada Tuhan selama 50 tahun namun tidak pernah merasakan manisnya ibadah. Saya baru merasakan manisnya ibadah itu setelah saya meninggalkan tiga (3) hal dalam kehidupan saya.” Ada tiga hal yang dianggapnya menjadi tembok penghalang datangnya rasa manis ibadah dan, karenanya, harus dirobohkan untuk digantikan dengan sesuatu yang baru.

Yang pertama, kata Syekh Naisaburi, adalah “saya tinggalkan keinginan diri untuk disukai semua manusia sehingga saya mampu berbicara yang benar kepada siapapun.” Membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar merupakan penghalang datangnya rasa manis ibadah. Hal ini sulit sekali dihindari ketika yang kita utamakan adalah senangnya manusia dan bukan ridho Allah Swt.

Sangat sulit untuk mengritik, menegur dan menyalahkan perbuatan orang yang kita sukai dan kita harapkan rasa sukanya kepada kita. Betapa sering bawahan harus membela mati-matian atasannya atas nama loyalitas walaupun harus berbohong dan menyalahi hukum agama. Allah pun dianggap tidur dan pelupa, siksaNya juga dianggap sebagai gertakan untuk menakut-nakuti saja. Akankah rasa manis ibadah dititipkan oleh Allah ke dalam hati orang yang berperilaku seperti itu?

Poin pertama ini bukannya menganjurkan kita untuk tidak membuat orang lain suka kepada kita, melainkan mensyaratkan kita agar ridho Allah diletakkan di atas keinginan disenangi manusia. Mungkin saja dengan mengatakan kebenaran kita akan dibenci dan dimusuhi oleh beberapa orang, namun yakinlah bahwa ketika semuanya didasarkan pada niat mengagungkan al-Haq (Dzat Yang Maha Benar) maka Allah sendiri yang menghadirkan hamba-hambaNya yang terbaik  untuk mencintai dan menemani kita.

Hal kedua, lanjut Syekh Naisaburi, adalah “saya meninggalkan persahabatan dengan orang-orang fasiq (rusak) dan menggantikannya dengan menjalin hubungan persahabatan dengan orang-orang shalih (baik).” Dengan siapa kita berteman dan berkumpul sangat mempengaruhi suasana hati. Ketika kemaksiatan selalu tampak di depan mata dan ketika yang diperbincangkan adalah selalu masalah duniawi, maka hati tidak akan menjadi kotor dan tidak pantas ditembati cahaya ibadah.

Apakah kita harus menjauh dari sahabat yang selalu berbuat maksiat dan kerusakan? Jawabannya adalah “iya” kecuali kita yakin bahwa dengan persahabatan seperti itu kita akan mampu mempengaruhinya menjadi orang-orang baik. Selain itu, efek negatiflah yang akan muncul walau untuk sementara waktu kadang menawarkan “keuntungan-keuntungan” semu.

Penghalang yang ketiga, lanjut Syekh Naisaburi, adalah “saya meninggalkan manisnya dunia sehingga akhirnya bisa move on menuju manisnya akhirat.” Keterikatan hati pada masalah-masalah duniawi sungguh sangat potensial menjadikan kita malas berbuat untuk manisnya akhirat. Karena itulah maka banyak sekali ayat al-Qur’an yang menyatakan bahwa akhirat adalah jauh lebih utama daripada dunia (QS 93:4 ) dan bahwa dunia ini adalah permainan dan senda gurau (QS 29: 64), kesenangan yang menipu (QS 3: 185), dan kesenangan yang terbatas dan sementara (QS 3: 196-197).

Rasulullah memerintahkan kita dalam haditsnya “jadilah engkau di dunia seakan-akan engkau ini adalah orang asing.” Orang asing (turis) tidak memiliki keterikatan banyak dengan negara tempatnya berkunjung, tidak seperti keterikatan yang dimiliki warga negara asli. Orang asing akan berfikir tentang apa yang bisa dibawa sebagai oleh-oleh ketika akan kembali ke negaranya nanti. Manusia adalah makhluk “langit” yang sedang “melancong” ke bumi, pada saatnya akan kembali ke “langit.” Sibukkanlah dengan mencari oleh-oleh untuk dipersembahkan pada Dzat yang membiayai semua perjalanan kita di dunia ini.

Rukun Islam yang lima, jika dipahami dan dilaksanakan dengan benar, akan menjadi pilar-pilar kehidupan yang tidak memungkinkan kita memiliki keterikatan dengan dunia. Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam yang pertama meniscayakan penghambaan kita hanya kepada Allah, dan tidak kepada selainNya. Ketika hati masih “menghamba” pada selain Allah, maka hati akan dipenuhi dengan kesibukan yang membingungkan dan kegelisahan yang tak berujung pangkal.

Rukun Islam kedua, shalat lima kali sehari semalam, yang waktu masing-masing shalat telah ditentukan, akan efektif menghilangkan keterikatan hati kita pada pekerjaan-pekerjaan kita menyadarkan kita untuk tetap menjadikan Allah sebagai yang utama dan akhirat sebagai tempat kembali yang abadi. Menjelang berangkat kerja kita disadarkan oleh shalat subuh, ketika sedang asyik bekerja kita disadarkan oleh shalat dhuhur, menjelang pulang kerja kita diingatkan oleh shalat ‘ashr, selesai kerja kita disdarkan kembali oleh shalat maghrib, dan menjelang istirahat kita disadarkan kembali oleh shalat isya’.

Zakat mengajarkan kita melepaskan ikatan cinta pada harta. Puasa melatih dan mendidik kita untuk menghilangkan pengutamaan kita pada makanan, minuman dan nafsu seksual. Sementara haji yang memerintahkan kita meninggalkan semua yang dimiliki untuk pergi ke baitullah di Mekah adalah pendidikan jiwa yang mampu membebaskan diri kita dari ketergantungan duniawi untuk fokus pada masalah ukhrawi.

Ketika semua rukun Islam dilaksanakan dengan benar dan ketika semua tembok penghalang datangnya rasa manis ibadah telah dirobohkan, maka kemalasan ibadah akan menjadi keistiqamahan, keengganan menjadi keikhlasan, dan pada akhirnya kegelisahan hati menjadi ketenangan, kesedihan menjadi kebahagiaan, seiring dengan masuknya rasa manis ibadah. [*]


Viewing all articles
Browse latest Browse all 12804

Trending Articles


Girasoles para colorear


mayabang Quotes, Torpe Quotes, tanga Quotes


Tagalog Quotes About Crush – Tagalog Love Quotes


OFW quotes : Pinoy Tagalog Quotes


Long Distance Relationship Tagalog Love Quotes


Tagalog Quotes To Move on and More Love Love Love Quotes


5 Tagalog Relationship Rules


Best Crush Tagalog Quotes And Sayings 2017


Re:Mutton Pies (lleechef)


FORECLOSURE OF REAL ESTATE MORTGAGE


Sapos para colorear


tagalog love Quotes – Tiwala Quotes


Break up Quotes Tagalog Love Quote – Broken Hearted Quotes Tagalog


Patama Quotes : Tagalog Inspirational Quotes


Pamatay na Banat and Mga Patama Love Quotes


Tagalog Long Distance Relationship Love Quotes


BARKADA TAGALOG QUOTES


“BAHAY KUBO HUGOT”


Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.


Vimeo 10.7.1 by Vimeo.com, Inc.