Quantcast
Channel: Inilah.com - Mozaik
Viewing all articles
Browse latest Browse all 12804

Ibnu Arabi: Tasawuf Membawa Akhlak Mulia

$
0
0

INILAHCOM, Jakarta-   Banyak definisi tentang tasawuf dibuat para ahli, tapi bagi Ibn ‘Arabi tasawuf berarti “(proses) mengaktualkan potensi akhlak Allah yang ada di dalam diri kita, dan menjadikannya akhlak kita”  (al-takhalluq bi akhlaq Allah).

Sebuah definisi yang ringkas dan simple, tapi di baliknya terkandung pemikiran yang sangat mendalam. Dan ini terkait dengan gagasan tentang manusia – bahkan alam semesta – sebagai tajally (pancaran, manifestasi) Allah Swt. Manusia sebagai pembawa ruh-Nya, yang dicipta atas fitrah keilahian dan, dengan demikian, kepenuhan dan kebahagiaan hidupnya -- bukan hanya di akhirat, melainkan juga dunia -- tergantung pada keberhasilannya mengaktualkan potensi keilahian-Nya itu.

“Dan ketika aku sempurnakan (ciptaan-fisik)-nya (manusia), maka Aku tiupkan ke dalamnya bagian ruh-Ku …”

Dalam bahasa Ibn ‘Arabi, berakhlak dengan akhlak Allah identik dengan menanamkan asma’/sifat-Nya di dalam diri kita. Dengan kata lain, menjadikan akhlak kita berakar pada akhlak-Nya. Ibn ‘Arabi segera melihat bahwa kesamaan kata dasar khulq(bentuk tunggal akhlaq) dengan kata khalq (ciptaan) menunjukkan bahwa sesungguhnya potensi akhlak Tuhan sudah tertanam dan menjadi bawaan (fitrah/khalq) manusia – betapa pun masih potensial.[1] Syaikh menyebutnya sebagai kesiapan (jibillah, disposisi).

Nah, bertasawuf menurut Sang Syaikh adalah mengembangkan atau mengaktualisasikan potensi akhlak keilahian yang ada pada ciptaan yang bernama makhluk manusia dalam kehidupan aktualnya. “ (Proses) menuju hidup berakhlak dengan akhlak Allah, itulah tasawuf,” ujarnya.

Ibn ‘Arabi merujukk asma’ Allah yang ia maksudkan kepada al-Asma’ al-Husna (Nama-nama yang Baik) Allah yang terdapat dalam al-Qur’an, meski  menyebut bahwa yang pasti asma’ Allah yang disebut dalam al-Qur’an berjumlah 83, bukan 99. (Di tempat lain, Ibn ‘Arabi malah mengutip sebuah hadis Nabi yang menyatakan : Allah memiliki 300 nama. Barangsiapa berhasil menanamkan satu saja dari asma’-Nya, maka dia dijamin masuk surga). Memang, jika mau lebih teliti, sebetulnya asma’ Allah itu tak terbatas jumlahnya, sejalan dengan ketakterbatasan wujud dan tajalliyat-Nya dalam ciptaan (af’al). Ibn ‘Arabi mengambil tamsil cahaya. Pada dasarnya, cahaya berwarna putih. Tapi, jika diuraikan, dia memiliki 7 unsur warna utama. Lebih jauh dari itu, setiap unsur warna dapat diuraikan lebih lanjut ke unsur-unsur yang lebih banyak. Begitu seterusnya, hingga tidak terbatas.

Meski demikian, jika dikelompokkan, Allah memiliki asma’ yang termasuk dalam kelompok asma’ jalaliyah (nama-nama yang mencerminkan kedahsyatannya yang menggentarkan, tremendum) dan kelompok asma’ jamaliyah (nama-nama yang mencerminkan keindahan dan kelembutannya yang memesonakan, fascinans). Manusia harus mampu menanamkan semuanya itu di dalam dirinya, dalam kombinasi yang lengkap dan utuh. Mengambilnya secara parsial dan tidak seimbang akan justru menjadikan akhlak yang berkembang bersifat madzmumah (akhlak yang buruk), bukan justru al-akhlaq al-karimah (akhlak mulia) yang dianjurkan.

Misal, menerapkan sifat keras (qahr) dan kuasa (jabr)tanpa kasih sayang (rahmaniyah) dan keadilan (‘adl) akan mengakibatkan kesombongan dan kesewenangan yang menindas. Kombinasi utuh-mewnyeluruh dan seimbang ini diwakili oleh nama “Allah” sebagai nama-penghimpun (al-ism al-jami’) semua nama Allah yang  tak terbatas itu.Dan, sebaliknya. Nah, melanjutkan tamsil warna di atas, berakhlak dengan akhlak Allah sama dengan menananmkan akhlak Allah itu dalam kombinasi yang utuh dan pas sehingga unsur-unsur akhlak itu menghasilkan warna cahaya putih yang seimbang.

Lebih dari itu, Ibn ‘Arabi tak melihat kombinasi seimbang dari berbagai asma’ Allah itu sebagai bersifat netral – yakni gabungan dari yang jamaliyat dan jalaliyat, atau seluruh spektrum-warna sifat-Nya dengan sama kuat – melainkan sebagai didominasi dengan yang jamaliyat. Terkait dengan ini Sang Syaikh merujuk pada berbagai ayat al-Qur’an yang bermakna seperti ini, termasuk : “Kasih-sayangnya meliputi segala sesuatu.” Juga hadis qudsi yang berbunyi “ Kasih-sayang-Ku mendominasi murka-Ku”. Dengan demikian, menanamkan akhlak Allah identik dengan menanamkan sifat cinta di dalam diri kita dan menjadikannya sumber bagi setiap tindakan kita, baik dalam berinteraksi dengan Allah, manusia, maupun alam semesta selebihnya.

Kesemuanya itu, menurut Ibn ‘Arabi, hanyalah mungkin dicapai dengan menaati dan menjalankan ajaran syari’ah dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan kita.

Manusia yang mampu menanamkan akhlak Allah secara sempurna dalam dirinya inilah yang disebut sebagai al-insan al-kamil (manusia paripurna). Merekalah, selain para Nabi, awliya’ (para sahabat)-Nya. Merekalah para sufi sejati. [  ]

Sumber :islamindonesia


Viewing all articles
Browse latest Browse all 12804

Trending Articles


Vimeo 10.7.1 by Vimeo.com, Inc.


UPDATE SC IDOL: TWO BECOME ONE


KASAMBAHAY BILL IN THE HOUSE


Girasoles para colorear


Presence Quotes – Positive Quotes


EASY COME, EASY GO


Love with Heart Breaking Quotes


Re:Mutton Pies (lleechef)


Ka longiing longsem kaba skhem bad kaba khlain ka pynlong kein ia ka...


Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.


FORECLOSURE OF REAL ESTATE MORTGAGE


FORTUITOUS EVENT


Pokemon para colorear


Sapos para colorear


Smile Quotes


Letting Go Quotes


Love Song lyrics that marks your Heart


RE: Mutton Pies (frankie241)


Hato lada ym dei namar ka jingpyrshah jong U JJM Nichols Roy (Bah Joy) ngin...


Long Distance Relationship Tagalog Love Quotes