ADALAH kisah anak manusia dalam hidup di dunia ini, ada yang mendzalimi dan ada yang di dzalimi. Kisah ini hanya akan berhenti ketika hari yang di dalamnya tak ada lagi segala bentuk kedzaliman, hari di mana yang ada adalah keadilan, hari di mana mereka yang berbuat dzalim di muka bumi merasa gelisah, terancam dan tersiksa. Hari itu adalah bagian hari akhirat kelak, hari yang pasti akan tiba. Orang-orang yang dianiaya di dunia benar-benar mendapatkan keadilan.
Ketika ada kesempatan mendzalimi seseorang dalam hidup ini, segeralah ingat bahwa semuanya terlihat dan terekam serta akan dimintai pertanggungjawaban. Segeralah sadar bahwa hidup di dunia hanya sebentar, sementara hari akhirat adalah berlangsung abadi. Segera pulalah insaf sebelum semuanya terjadi karena melukai bermakna ada yang dilukai, menyakiti berarti ada yang disakiti, dan merusak berarti ada yang dirusak. Semua pasti berbekas.
Bagi mereka yang telah terdzalimi, masihkan ada derita? Masihkah terasa sedih dan geram serta tersiksa? Kalau jawabannya adalah "iya" maka kuberitahu cara ekstrem keluar dari rasa resah, sedih, geram dan menderita itu, yakni dengan cara bersedekah sebanyak mungkin dan sekuat tenaga seukur dan sekuat kedzaliman yang tertimpakan kepada kita. Lihatlah sensasinya, nikmati perubahan rasa yang terjadi dan tersenyumlah sambil berkata: "selamat tinggal tangisan, selamat datang senyuman."
Sakit hati janganlah dipelihara. Dendam janganlah dipupuk dalam hati. Sedih dan tangis tak usah ditumbuhsuburkan dalam jiwa. Cerahkan hati, bersihkan jiwa. Sejukkan kalbu, dinginkan pikiran. Ada istighfar dan tasbih yang bisa menghapus luka dan membersihkan dosa. Ada basmalah dan hamdalah sebagai menumbuh dan menambah keberkahan dan kebahagiaan. Salam, AIM, pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]