SIAPA yang tak memuji kecerdasan Albert Einstien, semua yang belajar sains pastilah mengenalnya dan mengaguminya. Walau sudah banyak orang yang lahir setelahnya yang IQ-nya diklaim lebih tinggi dari Albert Einstien, namun masih tak ada yang mampu menggantikan posisinya sebagai yang paling dikenal.
Pertama adalah karena Einstien adalah yang penemu pertama beberapa teori, kedua adalah karena Einstien kerap mengungkapkan hikmah kehidupan di balik penelitian dan temuannya, dan ketiga adalah karena Einstien tidak meng-komersiel-kan dirinya.
Di tengan pujian akan kecerdasannya dia berkata: "Sesungguhnya saya tidak cerdas-cerdas amat. Saya begini adalah karena saya lebih lama bersahabat dengan kesulitan-kesulitan." Komentar pendeknya itu adalah penuh hikmah yang menyentuh dan membuat orang semakin kagum. Pertama, ada nilai kerendahatian di situ, kedua adalah ada nilai motivasi untuk bersabar dengan kesulitan hidup, dan ketiga adalah ada nilai semangat menemukan manfaat dari permasalahan yang membelit hidup.
Permasalahan dan kesulitan hidup tidak pernah diciptakan Allah untuk tujuan negatif. Ada tujuan positif dari setiap takdir yang berjalan dalam kehidupan. Permasalahan dan kesulitan hidup adalah pelajaran-pelajaran berharga yang harus dicerna dan diselesaikan dengan baik.
Bagaimana akan menjadi cerdas jika kita selalu menghindar dari masalah atau lari dari kesulitan hidup. Menghindar dan lari hanya akan mengantarkan pada masalah baru tanpa mendapatkan nilai dari masalah pertama.
Bukalah buku sejarah. Orang-orang besar yang diabadikan sejarah sebagai orang mulia adalah kumpulan manusia dengan bobot masalah dan kesulitan hidup yang besar. Mereka adalah orang-orang yang menjawab masalah dengan serius seserius mahasiswa terbaik dalam mengerjakan ujian kuliahnya.
Bagi yang masih terus tertimpa kesulitan hidup, saya ucapkan selamat menjadi cerdas secerdas Einstien. Bagi yang belum tertimpa masalah, saya tanyakan "Kapan Anda akan ikut ujian hidup agar lulus dan diakui cerdas?." Salam, AIM. [*]