TIGA hari ini saya mendapatkan berita-berita mengejutkan dari orang-orang dekat saya yang lama sekali menjauh dan kini dekat kembali. Berita pertama adalah tentang tetangga yang dulunya miskin sampai hampir tak mampu menjalani hidup sendiri dan sekarang menjadi kaya menanggung hidup orang lain.
Saya serius sekali mendengar kisah transformasi kehidupannya. Rahasianya hanya dua: bekerja dengan betul-betul menjaga hukum Allah dan bersabar ketika ditipu hamba-hamba Allah yang nakal. Lugu sekali orang itu, mirip kisah karakter Syekh Bahlul yang keluguannya menjadikannya mulia.
Kisah kedua adalah tentang tetangga yang dulunya jaya dan jaya. Saat ini, menurut berita itu, orang itu jatuh miskin dan terbelit utang yang semakin lama semakin menggunung. Penyebabnya cuma dua: terperangkap bisnis ternak uang sampai tak bisa keluar dari utang berbunga yang tak lagi membuat hatinya mampu berbunga-bunga dan terlalu menuhankan gengsi atau gaya hidup yang menuntutnya untuk tetap tampil melebihi kemampuan nyatanya.
Cepat atau lambat, mereka yang istiqamah dalam jalan Allah akan berdiri tegak dalam kemuliaan. Segera atau nanti, orang yang mengikuti jalan syetan dan nafsu akan tersungkur hina di persimpangan jalan.
Allah tak akan memuliakan mereka yang memusuhiNya dan tak akan menghinakan mereka yang taat kepadaNya. Semua hanya soal waktu. Jangan pernah terpukau dengan tampilan gagah mulia orang yang dzalim yang senang melampaui batas. Lihat saja ending (akhir) kisah hidupnya. Bukankah hidup masih koma dan belum titik?
Kita sangat perlu belajar dari sejarah, belajar dari kisah-kisah orang yang jasadnya telah terpendam di perut bumi namun namanya masih terus hidup di hati banyak orang dan didoakan oleh banyak mulut manusia. Mereka adalah orang-orang baik yang senantiasa mengatur ucap dan perilakunya untuk selalu sesuai dengan apa yang Allah ridla. Mereka adalah orang yang mewariskan manfaat untuk orang lain dengan caranya sendiri-sendiri.
Hidup terus berputar. Gagah kini belum tentu gagah besok. Gagah yang abadi adalah saat kita bisa mengkokohkan kita menjadi manusia yang betul-betul menghamba kepada Allah dan memanusiakan manusia lainnya. Kalau begitu, buat apa kaya tapi memiskinkan orang lain, buat apa menjadi orang besar tapi suka mengecilkan orang lain? Tetaplah dalam kebenaran dan kebaikan. Salam, AIM@Mekah yang Mulia. [*]