DEMI uang seringkali orang mengorbankan segalanya, mengorbankan dunia hutan, mengorbankan dunia binatang, mengorbankan lingkungan dan mengorbankan apa saja. Tak peduli hutan menjadi gundul, tak peduli gunung menjadi longsor, tak peduli sungai menjadi kereh dan kering, tak peduli lautan tercemari. Sungguh hal seperti ini telah berjalan di banyak tempat dan sudah mengancam kelestarian dan keberlangsungan kehidupan manusia yang damai dan harmoni.
Di Bhutan, salah satu wilayah yan dikukuhkan sebagai wilayah bahagia, ada tulisan yang berbunyi "Ketika pohon terakhir ditebang, ketika sungai terakhir dikosongkan, ketika ikan terakhir ditangkap, barulah manusia akan menyadari bahwa dia tidak dapat memakan uang." Ternyata uang yang dimiliki tak lagi mampu mengembalikan segala yang dirusak menjadi utuh dan baik kembali. Ternyata, uang tidak bisa membeli bahagia. Ternyata, uang tak bisa menebus derita.
Ada yang lebih parah dari kenyataan di atas. Ada orang yang mengorbankan persaudaraan demi uang. Ada pula yang mengorbankan persahabatan demi fulus. Ada pula yang mengorbankan pertetanggaan demi ambisi pribadi. Ketika semuanya tak lagi mendamaikannya dan tak lagi membahagiakannya dan bahkan menjadikannya menderita, barulah kebingungan mencari teman bicara, mencari teman diskusi, mencari tempat berkeluh kesah.
Sahabat dan saudaraku, jagalah hubungan dengan apapun dan dengan siapapun. Kita tidak pernah tahu apa dan siapa yang nanti akan membahagiakan kita kala kita menderita, siapa dan apa yang akan membuat kita tersenyum kala kesedihan dan kemurungan menguasai hati kita. Lebih dari itu, belum ada kisahnya ada orang mati berjalan sendiri dan masuk sendiri ke alam kubur, bukan? Kita butuh orang lain. Salam, AIM. [*]