TERSENYUMLAH dia pada orang mulia, merengutlah dia pada orang hina. Yakinlah dia bukanlah orang yang tulus dalam melayani orang lain. Orang seperti ini sulit menjadi pemimpin sejati, sulit menjadi pribadi yang benar-benar berkarakter pemimpin dan sukar menggapai sukses hakiki dalam setiap usahanya. Demikianlah salah satu ilmu yang saya dapatkan dari seorang bisnisman Swedia yang kebetulan duduk di sebelah saya di ruang tunggu bandara barusan.
Mr. Voullet, nama turis ini, adalah orang sukses dengan berbagai jenis usaha dan orang baik dengan berbagai lembaga sosial yang dibinanya. Dia kaya namun sederhana. Kedatangannya ke Indonesia adalah untuk mencari jenis-jenis kedamaian.
Dia keliling India, China dan Indonesia yang dianggapnya sebagai representasi berbagai jenis kebijakan orang timur. Saya bertanya kepadanya apakah sudah menemukan kebijakan dan kedamaian di indonesia? Jawabnya sangat menarik.
Menurutnya, kedamaian itu adalah satu kata dan satu makna namun punya banyak jalan menujunya. Ada jalan-jalan yang disepakati oleh semua orang dan ada jalan-jalan yang tidak tidak disepakati semuanya. Ketidak sepakatan di antara mereka adalah karena perbedaan geografis dan tradisi saja. Yang disepakati adalah, antara lain, tersenyum dan bersyukur dalam menyikapi siapapun dan apapun.
Sayang sekali saya harus cepat-cepat mematikan HP karena sudah di dalam pesawat. Namun apa yang dikatakannya sudah saya rekam dalam memori saya. InsyaAllah akan saya sampaikan dalam pengajian sore Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim yang akan diadakan hari Ahad, 13 November. Salam, AIM. [*]