Quantcast
Channel: Inilah.com - Mozaik
Viewing all articles
Browse latest Browse all 12804

Bolehkah Mengudeta Presiden dari Kepemimpinannya?

$
0
0

"Siapa yang tidak menyukai dari pemimpinnya sesuatu hal, maka bersabarlah. Karena sesungguhnya orang yang keluar dari sulthan (pemerintahan) sejengkal saja, lalu ia mati, maka matinya seperti mati jahiliyyah."

Takhrij Hadis: Sahih al-Bukhari kitab al-fitan bab satarauna ba’di umuran tunkirunaha no. 7053 & Sahih Muslim kitab al-imarah bab al-amr bi luzumil-jama’ah ‘inda zhuhuril-fitan no. 4879.

Matan hadits lain yang semakna adalah, "Siapa yang melihat dari pemimpinnya sesuatu yang tidak disukainya, maka bersabarlah. Karena sesungguhnya orang yang memecah belah kesatuan umat (jemaah) sejengkal saja, lalu ia mati, maka matinya seperti mati jahiliyyah." (Sahih al-Bukhari kitab al-fitan bab satarauna ba’di umuran tunkirunaha, no. 7054).

Ini menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara khuruj dari pemerintah dengan perpecahbelahan umat.

Al-Hafizh Ibn Hajar menjelaskan, "Sesungguhnya orang yang keluar dari sulthan: Yaitu dari ketaatan kepada sulthan (pemerintah). Dalam riwayat Muslim: “Karena sungguh tidak ada seorang pun yang keluar dari sulthan”, dan dalam riwayat yang kedua “siapa yang memecah belah persatuan (hadis pada matan hadis—pen)”. Pernyataan Rasulullah “sejengkal” merupakan kinayah dari maksiat kepada sulthan dan memeranginya." (Fathul-Bari kitab al-fitan bab satarauna ba’di umuran tunkirunaha).

Al-Hafizh Ibn Hajar menjelaskan, "Yang dimaksud dengan mitah jahiliyyah, yakni dengan mengkasrah mim (pada kalimat mitatan –pen), adalah keadaan matinya seperti matinya orang-orang Jahiliyyah, ada dalam kesesatan dan tidak adanya pemimpin yang ditaati, karena sungguh memang mereka tidak mengetahui hal itu (jahil –pen). Dan bukanlah yang dimaksud itu mati dalam keadaan kafir, tapi yang benar adalah mati dalam keadaan bermaksiat." (Fathul-Bari kitab al-fitan bab satarauna ba’di umuran tunkirunaha).

Hadis di atas dengan tegas melarang khuruj dari pemerintah. Makna khuruj dalam hadis di atas, sebagaimana dijelaskan al-Hafizh, adalah maksiat dan memerangi pemerintah. Dalam bahasa sekarang perbuatan seperti ini dikenal dengan istilah separatisme atau juga kudeta (melengserkan pemerintah, di antaranya Presiden). Bentuk lain dari separatisme adalah memisahkan diri dari pemerintah atau menebar terorisme di tengah-tengah umat Islam. Perbuatan-perbuatan semacam itu dilarang tegas oleh hadis di atas, karena hanya akan memecah belah kesatuan umat (jemaah) dibanding mendatangkan mashlahat yang diharapkan.

Yang semestinya dilakukan oleh setiap rakyat adalah bersabar menghadapi pemerintah. Sabar yang dimaksud hadis ini adalah kebalikan dari khuruj, yakni tidak khuruj. Bukan berarti diam termangu saja ketika menyaksikan pemimpin berbuat zalim, tetapi tetap harus amar ma’ruf nahyi munkar sebagaimana telah banyak diperintahkan. Batasannya satu saja: Jangan khuruj dari pemerintah. Itulah kesabaran yang dimaksud oleh hadis di atas.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sudah banyak mengingatkan perihal amar ma’ruf nahyi munkar ini dalam hadis, "Sesungguhnya manusia itu, apabila mereka melihat kemunkaran lalu mereka tidak mengubahnya, maka Allah akan segera meratakan siksa kepada mereka." (Sahih Ibn Hibban 1 : 540 no. 305 dzikr al-bayan bi annal-muta`awwil qad yukhthi`u fi ta`wilihi).

Dalam riwayat lain, Zainab binti Jahsy sempat bertanya, “Apakah kami akan binasa padahal di tengah-tengah kami ada orang-orang saleh?” Beliau menjawab: “Ya, apabila banyak yang jeleknya.” (Sahih al-Bukhari, kitab al-fitan bab qaulin-nabiy wailun lil-’arab min syarrin qad-iqtaraba, 6 : 2589 no. 6650)

Dua hadis di atas mengajarkan haramnya berdiam diri melihat kemunkaran yang terjadi, termasuk yang ditimbulkan oleh pemerintah. Jika kemunkaran sudah merajalela, dan orang-orang yang saleh tidak bisa berbuat banyak, maka siksa Allah Ta'ala akan diturunkan secara rata, termasuk kepada orang saleh. Meski tentu nasib di akhirat nanti akan berbeda-beda tergantung kesalehannya, sebagaimana disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:

Dari ‘Aisyah ia berkata, aku bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah apabila menurunkan siksa kepada penduduk bumi, sedang di tengah-tengah mereka ada orang-orang saleh, apakah mereka turut binasa bersama mereka?” Beliau menjawab, “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah apabila menurunkan siksanya kepada orang-orang yang berhak mendapat siksanya, sedang di tengah-tengah mereka ada orang-orang yang saleh, maka mereka akan terkena bersama mereka, tapi kemudian mereka dibangkitkan (di akhirat) sesuai dengan niat dan amal mereka.” (Sahih Ibn Hibban 16 : 305 no. 7314 dzikr al-bayan bi annal-khalqa yub’atsuna yaumal-qiyamah ‘ala niyyatihim)

Maka dari itu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menekankan secara khusus pentingnya amar ma’ruf nahi munkar kepada pemimpin yang zalim. "Sebaik-baiknya jihad adalah kalimat yang benar yang disampaikan kepada pemerintah yang zalim/sewenang-wenang." (Sunan Abi Dawud kitab al-malahim bab al-amr wan-nahy no. 4346; al-Albani: sahih).

Jadi jelas, bersabar bukan berarti membiarkan kemunkaran tanpa amar ma’ruf nahi munkar. Kewajiban ini tetap berlaku terlebih jika yang berbuat kemunkaran itu adalah para pemimpin. Satu saja syaratnya: Jangan sampai khuruj/separatisme. Jika sesudah diperingatkan pemerintah tetap dalam kebijakan menyimpangnya, tetap kita tidak boleh khuruj, hanya cukup tidak taat saja dan tidak pernah menyatakan setuju dengan kebijakan yang menyengsarakan rakyat tersebut.

"Tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah. Taat itu hanya dalam ma’ruf." (Sahih Muslim kitab al-imarah bab wujub tha’atil-amir no. 4871).

“Akan ada pemimpin-pemimpin yang kalian kenal tapi kalian mengingkari mereka. Barangsiapa yang mengenali (dan tidak terbawa arus), maka ia terbebas dari dosa. Barangsiapa yang mengingkari, maka ia selamat. Akan tetapi siapa yang simpati dan mengikuti, maka ia tidak selamat.” Para sahabat bertanya: “Apakah kita harus memerangi mereka?” Rasul shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: “Tidak, selama mereka salat.” (Sahih Muslim kitab al-imarah bab wujubil-inkar ‘alal-umara` fima yukhalifus-syar’a no. 3445-3446)

Hadis di atas sekaligus menjadi batasan dari ketidakbolehan khuruj kepada pemimpin. Berdasarkan hadis di atas khuruj haram dilakukan jika pemimpin masih salat. Dalam hadis yang lain, dikemukakan selama pemimpin tidak kufur terang-terangan atau kufur yang sampai keluar dari Islam.

‘Ubadah ibn as-Shamit berkata: “Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memanggil kami lalu kami berbai’at kepadanya.” Ia melanjutkan: “Materi bai’at yang beliau ambil dari kami adalah kami berbai’at untuk senantiasa patuh dan taat, dalam keadaan senang dan benci, dalam keadaan sulit dan mudah, wajib mendahulukannya daripada kami, dan agar kami tidak mencabut urusan pemerintahan (kudeta) dari yang berhaknya. Kecuali jika kalian menyaksikan kekufuran yang nyata, dan kalian punya pegangan yang jelas dari Allah mengenainya.”

Hadis ini memberitahukan bahwa ketaatan kepada pemerintah atau pemimpin lainnya adalah mutlak. Kecuali jika para pemimpin itu jelas-jelas kufur. Dan batasan-batasan kufur itu ada dalam alquran, yakni non-Islam (rujuk di antaranya QS. An-Nisa`: 150-151, QS. Al-Bayyinah: 1, QS. Al-Hajj: 17). Selama pemimpin masih muslim, maka ketaatan kepadanya tetap mutlak. Jika sudah kufur keluar dari Islam, boleh dikudeta.

Menurut logika orang modern, kudeta terhadap pemimpin negara ibarat melangkah mundur kembali pada zaman primitif dimana banyak terjadi perang saudara disebabkan tidak adanya satu pemimpin yang ditaati. Jika pemimpin tidak disukai, bersabar saja, dan nanti jangan dipilih kembali. Logika yang dianut para pengagum demokrasi ini baru betul-betul mereka sadari tiga abad silam. Islam sudah mengajarkannya jauh sebelumnya sejak empat belas abad yang silam. Paham yang kemudian dikenal sebagai paham al-jama’ah dari kelompok ahlus-sunnah ini tentu bukan berarti membebek pada demokrasi, tetapi yang benar sebaliknya, demokrasi turut belajar dari Islam.

Wal-‘Llahu a’lam bis-shawab. [al ustaz Nashruddin Syarief]


Viewing all articles
Browse latest Browse all 12804

Trending Articles


Girasoles para colorear


mayabang Quotes, Torpe Quotes, tanga Quotes


Tagalog Quotes About Crush – Tagalog Love Quotes


OFW quotes : Pinoy Tagalog Quotes


Long Distance Relationship Tagalog Love Quotes


Tagalog Quotes To Move on and More Love Love Love Quotes


5 Tagalog Relationship Rules


Best Crush Tagalog Quotes And Sayings 2017


Re:Mutton Pies (lleechef)


FORECLOSURE OF REAL ESTATE MORTGAGE


Sapos para colorear


tagalog love Quotes – Tiwala Quotes


Break up Quotes Tagalog Love Quote – Broken Hearted Quotes Tagalog


Patama Quotes : Tagalog Inspirational Quotes


Pamatay na Banat and Mga Patama Love Quotes


Tagalog Long Distance Relationship Love Quotes


BARKADA TAGALOG QUOTES


“BAHAY KUBO HUGOT”


Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.


Vimeo 10.7.1 by Vimeo.com, Inc.