KITA memasuki tahun baru hijriah, 1438 Hijriah. Semangat hijrah Nabi menjadi tema utama di media sosial dalam menyambut tahun baru Islam itu. Semangat untuk berubah, semangat untuk menjadi lebih baik, dan semangat untuk migrasi dari zona penderitaan ke zona kebahagiaan sejati merupakan pesan inti dari kata dan sejarah hijrah itu sendiri.
Semangat seperti itumenjadi penting untuk selalu digaungkan karena semakin menua usia bumi bukanlah semakin sepi dari godaan dan tantangan. Fitnah akhir zaman menjadi salah satu tema hadits Rasulullah yang cukup dominan. Fitnah yang dimaksud bukanlah dalam arti menyebarkan berita bohong melainkan ujian atau cobaan dalam bentuk yang bisa beragam yang sifatnya memalingkan manusia dari jalan bahagia.
Perhatikanlah hadits Rasulullah SAW:“Akan terjadi menjelang Kiamat nanti hari-hari dimana ilmu agama ditarik dan kebodohan merajalela di mana-mana, serta terjadi berbagai bentuk kekacauan di seluruh penjuru bumi. Dan kekacauan dimaksud berbentuk pembunuhan.” (HR. Bukhari dan Muslim).Hadits ini dengan terang benderang meramalkan akhir zaman sebagai saat di mana kekacauan dan pembunuhan akan menjadi fenomena massif. Itu semua adalah akibat dari ketidakmengertian manusia akan agama.
Ilmu agama adalah kunci terwujudnya kedamaian, toleransi, dan kebersatuan dalam perbedaan. Tiadanya ilmu agama atau tidakdipentingkannya ilmu agama adalah indikator awal terjadinya berbagai ujian dan bencana. Saat ini sudah sangat terang benderang di hadapan kita betapa ilmu umum berposisi sangat lebih dipentingkan dari ilmu agama. Orang-orang yang mengaku bahwa ilmu agama itu lebih penting pun dipaksa untuk dalam tataran realitas mementingkan ilmu umum.
Urusan dunia menjadi urusan pokok sementara urusan akhirat adalah urusan tambahan, sambian atau pendukung saja. Perjuangan untuk kebangkitan agama menjadi kendor sementara perjuangan untuk kebangkitan kehidupan dunia yang sementara ini selalu dijadikan prioritas. Saat seperti inilah maka agama kehilangan wibawa, umat Islam pun kemudian tak lagi memiliki taji untuk berlaga.
Rasulullah bersabda: “Hampir terjadi keadaan yang mana ummat-ummat lain akan mengerumuni kalian bagai orang-orang yang makan mengerumuni makanannya”. Salah seorang sahabat bertanya; “Apakah karena sedikitnya kami ketika itu?” Nabi menjawab, Bahkan, pada saat itu kalian banyak jumlahnya, tetapi kalian bagai ghutsa’ (buih kotor yang terbawa air saat banjir). Dan pasti Allah akan mencabut rasa segan yang ada di dalam dada-dada musuh kalian, kemudian Allah campakkan kepada kalian rasa wahn”. Kata para sahabat, “Wahai Rasulullah, apa Wahn itu? Beliau bersabda: “Cinta dunia dan takut mati”. (HR Abu Dawud)
Bukannya tidak boleh mengurusi urusan duniawi, namun meletakkannya pada posisi tertinggi dalam skala prioritas urusan kehidupan di atas urusan akhirat adalah suatu kesalahan fatal. Kondisi seperti inilah yang dikhawatirkan Rasulullah SAW. Abu Sa’id Al-Khudriy bercerita bahwa Rasulullah SAW duduk di atas mimbar dan para sahabatpun duduk di sekitar beliau. Lalu beliau bersabda:
“Sesungguhnya di antara yang paling aku takutkan atas kalian sepeninggalku adalah ketika dibukakan atas kalian keindahan dunia dan perhiasannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika keindahan dunia dan perhiaannya dibukakan, maka diskusi utama umat muslim tidak lagi urusan rukun Islam dan rukun Iman, bukan juga masalah al-Qur’an dan al-Hadits, melainkan wisata alam dan wisata kuliner bersama hal-hal lainnya yang saling terkait. Urusan tontonan jauh lebih menarik hati dibandingkan urusan tuntunan. Tempat hiburan mata telinga jauh lebih ramai dibandingkan tempat hiburan hati. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya masing-masing umat itu ada fitnahnya dan fitnah bagi umatku adalah harta. (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibni Hibban)
Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda: “Demi Allah ! Bukan kefakiran yang saya khawatirkan atas kalian, namun yang saya khawatirkan adalah kalian diberi kemakmuran dunia sebagaimana pernah diberikan kepada umat sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka. Sehingga akhirnya dunia menyebabkan kalian binasa sebagaimana mereka. (HR. Bukhâri dan Muslim) Mengena sekali hadits ini dengan kondisi umat Islam saat-saat ini.
Ketika kompetisi duniawi sudah mengambil tempat di hati umat Islam, pada saat itulah hukum-hukum syari’at satu persatu mulai melemah untuk kemudian putus sama sekali. Pertimbangan halal dan haram di buang ke kotak sampah, pertimbangan baik dan buruk dilemparkan ke keranjang kotoran, dan yang bertahan hanyalah pertimbangan menang dan kalah serta kaya dan miskin.
Rasulullah bersabda: “Sungguh akan datang suatu masa, saat itu manusia tidak lagi peduli dengan cara apa dia menghasilkan harta, apakah dari sesuatu yang halal ataukah haram. (Hadits Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Ujian berikutnya yang secara khusus diperingatkan oleh Rasulullah adalah urusan seksual. Rasulullah bersabda: “Saya tidak meninggalkan satu fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki selain (ujian) wanita”(HR. Bukhâri dan Muslim).Kerusakan pola hubungan laki-laki dan perempuan,yakni pola hubungan yang tidak didasarkan pada syari’at menjadi model marak di akhir zaman.
Wanita yang dianggap sebagai tiang negara dan sebagai sekolah pertama setiap generasi sungguh memiliki peran sangat sentral dalam paya keberlanjutan kedamaian dunia. Sebagaimana untuk membangun masa depan yang baik, untuk membuat kacau dan porak poranda masa depan suatu kaum, maka wanitalah yang harus menjadi targetnya. Karena itu maka posisi, kualitas dan potensi kaum wanita haruslah pada derajat terbaiknya.
Sayyid Qutub berkata: “Seorang anak yang rusak masih bisa menjadi baik asal ia pernah mendapatkan pengasuhan seorang ibu yang baik. Sebaliknya, seorang ibu yang rusak akhlaknya, hanya akan melahirkan generasi yang rusak pula akhlaknya. Itulah mengapa yang dihancurkan pertama kali oleh Yahudi adalah wanita.”
Bagaimanakah cara menghadapi ujian-ujian akhir zaman ini? Baca dan renungkanlah hadits berikut ini: "Ketahuilah bahwasanya bakal terjadi fitnah-fitnah (malapetaka)!" Kami bertanya: "Bagaimana jalan keluarnya wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: "Berpegang teguh dengan Kitabullah, sebab di dalamnya disebutkan sejarah orang-orang sebelum kalian, dan kabar tentang yang akan datang setelah kalian, dan di dalamnya juga terdapat hukum terhadap perselisihan di antara kalian. Ia adalah pemisah antara hak dan bathil, dan sekali-kali bukanlah senda gurau. Barangsiapa meninggalkannya karena keangkuhan, niscaya Allah akan membinasakannya. Dan barangsiapa mencari petunjuk dari selainnya, niscaya Allah akan menyesatkannya. Ia adalah tali Allah yang kokoh. Dan ia adalah bacaan yang penuh hikmah. Dan ia adalah jalan Allah yang lurus." (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)
Jadikanlah al-Qur’an dan al-Hadits sebagai enseklopedi tutur dan perilaku kita sehari-hari, maka keselamatan dan kedamaian akan senantiasa bersama kita.[*]