”O Burung Merak, jangan kau cabik bulu-bulumu,
kecuali hanya menghentikan hatimu dari kebanggaan karenanya:
adanya musuh itu sangat diperlukan untuk mengibarkan Perang Suci.
Tiada mungkin ada upaya menahan diri kalau nafsu tak ada:
tiada musuh, apa gunanya keberanian?
Dengarlah, jangan mengebiri dirimu, jangan jadi rahib:
Kesucian tergantung pada adanya nafsu.
Perintah Tuhan, ’Makanlah kamu’ adalah untuk memikat selera;
lantas, ’Janganlah berlebih-lebihan’: itu adalah kesederhanaan.
Tanpa rasa pedih menolak keinginan diri bukanlah protasis;
karenanya apodosis tidak akan mengikuti.
Betapa mengagumkannya protasis itu
alangkah menggembirakannya apodosis itu
suatu imbalan jasa yang memikat hati
serta meningkatkan kehidupan ruh!”
[Rumi]