IBRAHIM bin Adham berkata, "Allah Ta'ala tidak akan mengilhami seorang hamba untuk bertobat bila Dia ingin menyiksanya." Imam Suyuthi, semoga Allah Ta'ala merahmatinya, menyebutkan bahwa istighfar merupakan kekhususan umat ini, yaitu Allah mengampuni dosa mereka dengan beristighfar.
Sebagian menyatakan bahwa yang dimaksud dengan istighfar adalah tobat. Dan tobat itu mempunyai lima syarat. Pertama, meninggalkan dosa tersebut. Dalam suatu riwayat disebutkan, "Orang yang beristighfar dari suatu dosa tapi ia masih melakukannya, seperti orang yang mengejek Tuhannya."
Kedua, menyesali perbuatan dosanya, yaitu merasa sedih dan pilu atas apa yang pernah dilakukannya, dan berharap jikalau tidak pernah mengerjakannya. Penyesalan itu dikarenakan perbuatan itu berdosa, bukan karena membahayakan tubuhnya, menghancurkan kehormatannya, menghabiskan hartanya, atau semacamnya.
Adapun penyesalan karena takut terhadap neraka atau mengharap surga, terdapat selisih pendapat ulama dan pendapat yang sahih adalah diperbolehkan. Ketiga, membulatkan tekad untuk tidak kembali berbuat dosa selama hidupnya, sebagaimana susu tidak dapat kembali menuju tempatnya.
Keempat, tobat itu sebelum ruh mencapai kerongkongan, yaitu ketika sakaratul maut, seseorang merasa berputus asa untuk hidup. Kelima, tobat itu sebelum terbitnya matahari dari arah barat.
Apabila dosa itu berkaitan dengan manusia maka ditambahkan syarat keenam, yaitu menghilangkan penderitaan (akibat kezalimannya) dari orang yang dizalimi atau berusaha memperoleh maaf darinya jika bisa. []