LELAKI ini betul-betul geram pada atasannya yang memecatnya tanpa alasan plus tanpa pesangon. Untung saja dia punya banyak sahabat yang selalu mendinginkan hatinya membelokkan arah amarahnya pada tembok kokoh bernama takdir. Namun betul kata banyak orang bahwa hati yang pernah terluka sangat sulit untuk lupa pada yang membuatnya luka.
Dua tahun lamanya lelaki ini bersabar dalam diam. Kesabaran yang akhirnya berbuah manis, yakni bertemu dengan sahabat lamanya masa SD dulu yang kebetulan menjadi bos dan eksportir ukiran kayu. Penghasilannya tak kalah besar dengan pekerjaan lamanya. Sementara waktunya untuk beribadah lebih longgar di tempat kerja ini.
Suatu hari ada pesanan ukiran kayu dari kantor tempat dia bekerja dulu. Sungguh menjadikannya teringat pada luka lama. Namun dia tak kenal dengan penanda tangan surat yang dikirimkannya ke pabrik ukiran kayu ini. Iseng-iseng lelaki ini menelpon ke kantor lamanya itu untuk mengetahui kabar atasannya. Dijawab oleh sekretaris kantor bahwa beliau meninggal empat bulan yang lalu. Besoknya telpon lagi berikut juga besoknya dengan pertanyaan dan jawaban yang sama.
Hari kelima telpon lagi. Sekretaris itu marah: "Sudah berulang kali saya bilang beliau sudah meninggal, kenapa masih tanya lagi?" Jawabnya singkat sekali: "Aku sudah lama ingin mendengar kabar seperti ini. Dan saya senang sekali mendengarnya."
Hikmahnya: "Jangan menyakiti orang lain. Semakin banyak yang disakiti, semakin banyak yang mengharapkan kematiannya." berbuatlah banyak kebaikan, doa kebaikan akan selalu dipanjatkan untuk kita. Salam, AIM. [*]