INILAHCOM, Jakarta - Kisah ini diambil dari seorang alim yang dilahirkan pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan dari Bani Umayyah. Tentang seorang majikan dengan budaknya.
Suatu ketika, sang majikan ingin menunaikan ibadah shalat dan memulainya dengan bersuci terlebih dahulu. Budaknya pun menuangkan air dari bejana namun tidak sengaja bejana tersebut jatuh dan melukai kepala majikannya.
Wajah sang majikan pun terluka, dengan muka memerah karena menahan marah, ia menatap tajam ke arah budaknya.
Betapa besar ketakutan yang dirasakan oleh budak tersebut membayangkan hukuman yang mungkin akan diterimanya. Dengan perlahan dan bibir bergetar, budak tersebut membaca salah satu ayat dalam Qur'an.
"... orang-orang yang menahan amarahnya"
Majikan menjawab, "Aku telah menahan amarahku."
"dan memaafkan (kesalahan) orang lain," lanjut si budak.
Berkata pula sang majikan, "Iya, engkaupun aku maafkan."
Dan si budakpun menyelesaian penggalan ayat tersebut, "Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS Ali 'Imran: 134)
Sang majikan pun dengan tulus berkata, "Pergilah, engkau sekarang aku merdekakan. Demi Allah Azza wa Jalla, ambillah 1000 dinar ini dariku."
Masya Allah, begitulah mulianya seorang majikan dan hamba sahayanya, keduanya paham akan agama dan menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dan tahukah kalian siapa majikan itu? Dialah Ja'far Ash-Shadiq, yang memiliki nama lengkap Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib. Ya benar, beliau merupakan keturunan khalifah Ali yang juga seorang ahli ilmu agama dan ahli fiqih. Semoga Allah merahmatinya. (DOS)