INILAHCOM, Jakarta - Kecemburuan adalah sesuatu yang fitrah dirasakan, terutama bagi para perempuan yang didominasi oleh perasaan. Kecemburuan ini perlu diperhatikan, agar kita tidak terjerumus pada sesuatu yang dilarang, yakni kecemburuan yang memunculkan perkataan atau tindakan yang diharamkan.
Dari 'A'isyah r.a.: Aku pernah cemburu kepada perempuan-perempuan yang menyerahkan diri mereka kepada Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallaam. Aku bertanya, "Apakah perempuan boleh menyerahkan dirinya?" Ketika turun ayat: 'Kamu boleh menangguhkan (menggauli) siapa yang kamu kehendaki diantara mereka (istri-istrimu) dan (boleh pula) menggauli siapa yang kamu kehendaki (QS Al-Ahzab: 51), aku berkata, "Tuhanmu hanya mendahulukan keinginanmu." (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan tentang sesuatu yang dapat menimbulkan kecemburuan di hati seorang istri, termasuk istri Rasulullah. Dalam kitab Al-Fath dijelaskan bahwa asal kecemburuan adalah sifat bawaan bagi perempuan. Namun, jika ia berlebihan, ia menjadi sifat tercela. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Jabir ibn 'Atik Al Anshari bahwa kecemburuan ada yang disukai dan ada pula yang dibenci Allah. Kecemburuan yang disukai Allah adalah kecemburuan yang disertai alasan, sedangkan yang dibenci Allah adalah kecemburuan yang tidak disertai alasan. Alasan yang dimaksud disini adalah alasan yang disertai indikasi-indikasi yang tampak disertai bukti, tidak sekadar asumsi dan perasaan seorang perempuan belaka. (DOS)