SAUDARAKU. Misalkan kita menghadiri pengajian. Maka sejak niat berangkatnya saja sudah menjadi amal, sepanjang jalan malaikat terus menaungi, hingga ikan dan semut pun mendoakan kita. Uang bensin atau ongkos angkot menjadi dana sabilillah. Tiba di pengajian, kepenatan serta tetesan air wudhu pun menggugurkan dosa. Tentunya begitu dengan shalat.
Lalu berlanjut ketika kita duduk di pengajian. Tikar, karpet atau apa yang diduduki tetap bersaksi. Apalagidi pengajian ada malaikat rahmat, yang khusus memohonkan ampunan bagi kita kepada Allah. Kalau Allah mau mengampuni, maka diampuni saja, bahkan bagi yang tidak sengaja hadir.
Nah, sejak niat berangkat dosa kita sudah digugurkan, tiap langkah kita mengangkat derajat, hingga didoakan malaikat rahmat. Belum lagi kalau kita mau bersedekah, misalnya dengan keliru memasukkan seratus ribu. Sedekah itu juga menggugurkan dosa. Betapa banyak pengguguran dosa dan aib kita ditutupi oleh Allah. Kalau begitu, kurang bagaimana Allah memberikan penjagaan supaya kita selamat?
Padahalshalat kita saja tidak khusyuk. Atau misalkan ada yang belum tahu surah ar-Rahman, dalam salatnya, “Imam teh lupa, kok diulang-ulang?” Padahal ar-Rahman itu surah andalan imam salat. Allah mengetahui kalau dalam salat kita ngelantur, tetapi ditutupi saja oleh Allah.
Jadi, sudah segalanya Allah menyelamatkan kita. Sehingga kalau nanti, na’udzubillah, ada orang yang masuk neraka, itu memang saking bertekadnya dia saja mau ke sana. Sebab Allah sudah memberi begitu banyak rambu-rambu dan kasih sayang-Nya yang bisa menyelamatkan.
Allah SWT tidak punya dendam ataupun iri dan dengki dalam memberi hukuman. Semuanya adil dan sempurna pada tempatnya. Yang dihukum itu sempurna dari buah keburukannya sendiri. Tidak mungkin ada hukuman yang tertukar, atau salah hukum. Orang yang berbuat zalim akan mendapatkan dari kezalimannya sendiri.
Hukuman itu pun bukan karena Allah tidak suka memaafkan. Bahkan kemurahan-Nya mendahului amarah-Nya. Allah sudah memberi penjelasan dan taufik, aneka tuntunan dan pencegahan, serta pahala yang dilipatgandakan supaya seseorang tidak celaka atau dihukum. Tetapi memang dia yang bertekad kuat menjadi ahli neraka, dan dia mendapatkan pilihannya.
Demikian pula takdir-takdir Allah untuk kita. Seluruh takdir Allah itu Mahasuci dari kesia-siaan, selamat dari keisengan maupun kekurangan. Misalkan ada yang berkata, “Lalu mengapa ada yang tubuh atau kakinya kaku sebelah? Apa Allah salah perhitungan?” Tidak, Allah as-Salaam. Allah sudah memperhitungkan ada orang yang tidak melihat, yang kakinya sebelah kaku, dan lainnya, dengan balasan sempurna.
Atau, ada yang melamar kerja susah, lalu diremehkan dan ditertawakan oleh yang lain. Yang begitu punya hitungan sendiri, karena Allah Maha Adil. Setiap melamar sebuah pekerjaan dan melamar seorang perempuanditolak, itu merontokkan dosa-dosa.
Demikian saat diremehkan, dosanya terus berguguran. Mungkin baginya ada kecepatan meraih pahala lebih tinggi daripada yang normal.Jadi, Allah Mahaselamat dan Mahasuci dari salah rencana atau gagal dalam menciptakan.Allah Mahaselamat dari yang meleset atau tertukar.
Saudaraku. Pokoknya jangan su’udzan kepada as-Salaam. Mau diapakan saja oleh Allah, kita harus rida. Allah adalah Pemilik kita, dan selama ini juga tidak ada riwayat Allah menzalimi kita. Sebegitu hidup kita ngaco masih tetap diurus oleh Allah. Walaupunbegitu tidak ingatnya kita kepada-Nya, otak kita juga masih tetap dibikin normal.
Oleh sebab itu, jika suatu waktu kita diberikan suatu ujian, maka segeralah ingat as-Salaam. Allah Mahaselamat dari perbuatan zalim. Walaupun misalkan musibahnya itu bertubi-tubi. Seluruhnya pasti baik kalau kita sikapi dengan baik. Sama sekali tidak ada kezaliman di sisi Allah SWT. [*]