BOM bunuh diri kembali mengguncang Indonesia. Berdasar rekaman yang menyebar, pelakunya terlihat santai dan tenang sekali seakan memang diciptakan untuk berprofesi sebagai pembunuh.
Belum diketahui pasti alasan dibalik aksi bom dan teror itu. Sejumlah pertanyaan lainnya bermunculan tanpa juga memiliki jawaban pasti karena semua terlatih melihat suatu kasus tidak fokus hanya kasus itu melainkan dikaitkan dengan hal-hal lain.
Ada yang menghubungkan kasus bom Jakarta ini dengan ISIS yang dianggap sedang memulai gerakannya di Indonesia. Ada pula yang menghubungkannya dengan GAFATAR yang sedang ramai menjadi pembahasan publik. Ada yang menghubungkannya dengan terorisme lama yang sempat tiarap dan kemudian bangkit kembali saat ini. Ada pula yang menghubungkannya dengan aksi pengalihan isu-isu yang sedang dan akan terjadi di Indonesia ini.
Apapun alasan yang ada di balik aksi bom publik seperti itu tidak menjadikan aksi tersebut bisa dibenarkan oleh agama, akal dan hati. Sepanjang sejarah dijadikan cermin, tidak ada tokoh teladan yang menyelesaikan masalah atau mengubah peradaban dengan menghilangkan nyawa orang lain tanpa alasan yang legal atau secara hukum.
Sepanjang hukum Islam dijadikan rujukan, menyembelih binatang saja harus jelas peruntukannya dan sesuai dengan hukum pelaksanaannya. Urusan nyawa atau jiwa adalah urusan besar dalam Islam. Nyawa manusia adalah termasuk salah satu al-dlaruriyyah al-khamsah (lima hal primer yang sangat dilindungi).
Maqasid al-Syari’ah atau tujuan syari’at adalah untuk mewujudkan kemaslahatan. Kemaslahatan itu akan terbangun jika lima hal primer terjaga eksistensinya: agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Dalam hukum Islam, agama harus dijaga dan, karenanya, semua hal yang memungkinkan merusak agama adalah terlarang. Karena agama adalah berkaitan dengan pengabdian secara tulus maka pemaksaan agama adalah sesuatu yang tidak diperkenankan.
Jiwa atau nyawa juga harus dijaga dan, karenanya, maka membunuh serta melakukan apapun yang memungkinkan orang lain merasa terancam jiwanya adalah terlarang dalam Islam. Demikian pula dengan akal, keturunan dan harta yang juga mendapatkan perlindungan dalam Islam. Segala hal yang merusak akal, mengacaukan keturunan dan merampas hak milik orang lain adalah terlarang dalam Islam.
Dengan memahami dan berbuat berdasar maqasid al-syari’ah seperti tersebut di atas, the beauty of Islam (kecantikan Islam) sungguh akan terpancar menyinari alam. Hak-hak manusia akan terpenuhi bersamaan dengan kewajiban-kewajiban yang ditunaikan.Tatanan sosial akan terbangun apik berdasarkan hukum yang ditopang oleh moralitas.
Dalam kasus bom publik (note: sepertinya istilah ini lebih pas dibandingkan istilah bom bunuh diri dari sisi korbannya yang bukan hanya dirinya sendiri) yang terjadi di Jakarta baru-baru ini, banyak orang bertanya-tanya tentang siapa sesungguhnya pelakunya dan atas alasan apa? Kalau alasannya adalah agama, sebenarnya agama apa yag menjadi target? Kalau alasannya adalah karena aliran-aliran agama yang berbeda, lalu aliran agama yang mana yang menjadi tujuan? Pertanyaan berikutnya adalah adakah dalil agama yang memperkenankan membunuh karena berbeda?
Anak Nabi Nuh berbeda keyakinan dengan Nabi Nuh,ayah Nabi Ibrahim berbeda agama dengan Nabi Ibrahim, isteri Nabi Luth berbeda iman dengan Nabi Luth, paman Nabi Muhammad berbeda kepercayaan dengan Nabi Muhammad. Namun para nabi dan rasul yang mulia itu tidak membunuh mereka yang berbeda agama itu. Lalu, siapakah teladan para pembunuh orang yang berbeda agama, keyakinan dan aliran?
Kalau kasus Jakarta bombing ini adalah karena motif budaya, lalu budaya yang bagaimana yang akan dihancurkan? Lalu mengapa harus pusat perniagaan dan perkantoran yang harus menjadi target? Dan mengapa pula harus Jakarta yang dijadikan locus pilihan? Pertanyaan penting berikutnya adalah bisakah budaya yang baik dibangun di atas pondasi kekerasan dan kekejaman?
Tokoh-tokoh besar agama di dunia memberikan teladan bahwa cinta dan kasih sayanglah yang akan sukses menyentuh hati setiap manusia untuk setia pada kebenaran, kebaikan dan keindahan. Lalu kira-kira tokoh model mana yang dijadikan teladan oleh para pembenci dan penebar teror? Sepertinya, sudah waktunya kita membaca ulang sejarah untuk mengetahui lebih jelas lagi sejarah kekerasan dan kekejaman masa lalu, tokoh-tokoh dan ajarannya, demi untuk kita jauhi pada sat ini.
Kalau kasus bom Jakarta ini adalah karena motif sosial ekonomi, yakni adanya ketimpangan yang terlalu mengaga antar stratifikasi sosial dan ekonomi, lalu mengapa pilihannya harus pusat niaga dan perkantoran Jakarta? Lalu mengapa masyarakat umum yang harus menjadi korban? Pertanyaan ini bukan bermaksud memperbolehkan menjadikan orang tertentu sebagai target, melainkan pertanyaan untuk mengunggap motif saja.
Sepertinya, pilihan locus dan tempus adalah untuk suatu pesan pentingyang sedang ditebak-tebak untuk diyakini.Namun apapun pesan yang hendak dikirimkan, cara menyampaikannya yang telah menghilangkan nyawa serta menanamkan ketakutan di hati banyak orang bukanlah cara yang dibenarkan oleh setiap hati dan akal yang berperadaban.
Satu hal yang perlu senantiasa dijadikan prinsip hidup bersama yaitu selalu berusaha untuk tidak mendzalimi orang lain. Satu kedzaliman seringkali berkaitan dengan kedzaliman yang lain untuk kemudian membentuk sebuah tali lingkaran kedzaliman yang tak terputus. Kedzaliman sekarang bisa jadi adalah buah dari kedzaliman masa lalu, kedzaliman sekarang bisa jadi akan berbuah kedzaliman masa yang akan datang.
Lebih dari itu, kadangkala kedzaliman “di sini” adalah imbas dari kedzaliman “di sana.” Karena itulah maka tak boleh kita berbahagia karena kedzaliman terjadi di daerah lain dan bukan di daerah kita, karena bukan tidak mungkin kedzaliman itu bergerak dan bermigrasi ke wilayah kita. Kita harus menolak dan mengutuk setiap bentuk kedzaliman di manapun itu terjadi, seraya berdoa semoga Allah menjauhkan kita dari kedzaliman itu baik sebagai pelaku ataupun korban.
Masyarakat dunia saat ini semakin akrab dan tak berjarak, wilayah dunia seakan menyempit membentuk sebuah kampung (village). Jadilah sahabat dan tetangga yang baik bagi siapapun, maka ak akan ada lagi tempat untuk menabur kebencian dan ancaman.
Sahabat dan tetangga yang baik adalah bagai tangan dan mata; ketika tangan terluka, mata kan menangis alirkan air mata. Ketika mata menangis mengalirkan air mata, maka tanganlah yang menyeka air mata itu. Kompak dalam satu rasa dan semangat kebersamaan. [*]