Pada bagian pertama sudah dibahas tentang beberapa hal yang harus menjadi perhatian saat kita berdzikir. Tidak hanya menyebut nama Allah saja tetapi juga memerlukan lebih dari itu.
Inilah bagian berikutnya dari syarat berdzikir yang baik.
Keempat, kita harus ingat bahwa Allah Maha Adil. Maksudnya, Allah Mahasuci dari perbuatan zalim. Bahwa apa pun ujian yang menimpa kita itu sudah diukur. Ibarat ujian untuk anak SD adalah pelajaran SD. Menjadi keji seorang guru, kalau memberi ujian untuk anak SD dengan pelajaran mahasiswa kedokteran spesialis bedah syaraf. Bukan salah murid SD kalau soal ujiannya nanti hanyadipandangi saja.
Allah Maha Adil. Seluruh yang menimpa kita sudah diukur, karena Allah lebih mengetahui dibanding kita dan siapa pun. Dia-lah yang menciptakan kita. Dia yang mendesain, menciptakan keperluan, keinginan dan harapan kita. “Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 216)
Kelima, camkanlah bahwa Allah Mahabaik. Tidak ada yang dilakukan Allah kecuali kebaikan. Allah Mahabaik, mencintai kebaikan, dan hanya menerima kebaikan. Mau bagaimana pun, Allah Mahabaik. Yang buruk adalah kita berburuk sangka dan tidak rida, karena kita merasa lebih mengetahui yang baik. Yang jelek itu kita tidak bersyukur, padahal di balik suatu kejadian pasti ada kebaikan. Atau, kita tidak sabar ingin ujian cepat berakhir, padahal panjang dan pendeknya sebuah ujian itu pasti baik dalam perhitungan Allah.
Allah sudah berjanji bahwa “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku.” Jadi, sepahit apa pun, kita harus tetap berbaik sangka karena pasti ada kebaikan. Misalkan saat menghadapi suatu takdir, jangan memandangnya seolah melihat batu karang yang tajam dan berat. Tetapi setiap takdir itu berisi banyak lembaran lembut penuh hikmah. Maksudnya, pada sebuah takdir yang dirasa keras dan pahit, kalau disingkap akan ditemui berlapis-lapis lembaran hikmah yang pasti baik untuk kita.
Dan terakhir, cukuplah Allah Penolong kita. Ibaratnya, makhluk itu cuma pipa dari sebuah kran air. Nah, pipa bukanlah yang menentukan dibuka atau ditutupnya kran. Banyak orang menderita kehausan karena memohon air kepada pipa. Padahal yang berkuasa memutar kran adalah pemiliknya. Mengapa kita malah bersandar kepada pipa?
Pipa hanyamengalirkan air sesuai dengan yang dibuka oleh pemiliknya. Semua makhluk berada dalam genggaman Pemilik takdir. Jadi, jangan suka lari kemana-mana. Jangan berharap pertolongan kepada selain Allah, karena mereka yang diharapkan itu cuma pipa. Cukuplah Allah sebagai Penolong kita.
Nah, saudaraku. Mari kita terus memantapkan zikir kepada Allah. Karena Allah-lah Pemilik ketenangan dan keselamatan. “Dan Dia bersamamu di manapun kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa pun yang engkau kerjakan. Milik-Nya kerajaan langit dan bumi, dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.” (QS. al-Hadîd [57]: 4-5). [habis]
Lihat: Cara Memantapkan Zikir (1)