ABU Hurairah berkata bahwa ia pernah mengungkapkan kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, berdoalah untuk melaknat orang-orang musyrik.” Lalu Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya aku tidak diutus sebagai orang yang suka melaknat, dan aku hanyalah diutus sebagai rahmat.” (HR. Imam Muslim)
Saudaraku. Kalau kita melihat orang-orang yang berbeda agama, mereka juga hamba dan ciptaan Allah. Mungkin mereka belum mendapat hidayah dan taufik, dan belum memahami Islam. Jadi,jangan bersikap kasar terhadap mereka.
Pertama, dikarenakan tidak ada contohnya. Rasulullah ketikapertama kali mendakwahkan Islam sendirian, sedangkan yang lainnya non Islam. Tapi beliau berbuat baik. Kedua, karena yang membolak-balik hati bukan kita, tetapi Allah SWT.
Ayo, saudaraku. Islam ini rahmatan lil’alamin, dan kita ini makhluk rahmat. Jadi, kalau ada orang yang menghina atau bicara buruk tentang Islam, maka tetap balas dengan kebaikan. Karena kalau ada yang menghina kita menghina lagi, orang melotot kita melotot lagi, lalu untuk apa kita menghafal al-Quran? Sia-sia saja kita sekolah. Orang bicara jelek, kita harus bicara bagus. Orang menghina kita tidak perlu menghina. Tapi doakanlah kebaikan untuknya.
Sebagaimana Umar bin Khaththab suatu kali ada yang berkata, “Umar, sekali kamu bicara buruk, sepuluh kali saya akan bicara buruk.” Lalu Umar menjawab, “Sepuluh kali engkau bicara buruk, saya tidak akan bicara buruk sepatah kata pun.”
Jangan sampai ada orang lain yang celaka gara-gara KTP-nya, “Ah, bukan Islam.” Tidak boleh, saudaraku! Mereka juga hamba dan ciptaan Allah. Kita diamanahkan agar menjadi bukti kebajikan. Perkara dia akan masuk Islam atau tidak, itu tergantung pada hidayah Allah. Tapi, perkara apakah kita bisa menebar kebaikan kepada orang lain, maka itu yang merupakan amal saleh yang harus diperhatikan.
Coba bayangkan seandainyakita lahir dari agama bukan Islam. Ketika kita melihat ada orang Islam yang melotot dan galak, “Islam teh horor, cocok dengan yang di televisi, teroris!” Makanya, tidak boleh saudaraku. Islam rahmatan lil’alamin.
Saudara masih ingat kisah seseorang yang telah membunuh 99 orang? Setelah ada yang mengatakan kalau dia tidak mungkin mendapat ampunan, dia terus mencari jalan untuk bertobat. Sampai akhirnya bertemu seorang alim yang mengatakan padanya, “Siapa yang bisa menghalangi orang yang ingin bertobat dari rahmat Allah?” Kemudian orang alim itu menasihatinya supaya pergi mengikuti ahli ibadah di sebuah kampung. Tapi dalam perjalanannya dia meninggal.
Ketika dia meninggal, dua malaikat berselisih pendapat. Tetapi Allah Yang Maha Mengetahui segala-galanya mengirim malaikat lain untuk menengahi. Sehingga didapati bahwa saat meninggal dia lebih dekat sejengkal jaraknya ke tempat bertobat yang hendak ditujunya. Artinya, Allah yang menguasai jarak insya Allah sudah menerima tobatnya. Walaupun dia baru ingin, dan baru berjalan mencari tempat bertobat. Ampunan Allah lebih cepat daripada azab-Nya. Mahasuci Allah.
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadis tentang seseorang yang banyak bermaksiat dan hampir berputus asa. Setelah dia bertemu Rasulullah saw, maka Rasul mengajarkannya sebuah doa, “Bacakanlah wahai saudaraku, ‘ya Allah, sesungguhnya ampunan-Mu lebih luas dibanding dosa-dosaku, dan rahmat-Mu lebih aku butuhkan daripada amal-amalku.’”
Jadi, sudahlah saudaraku. Kita di dunia ini hanya sebentar, dan belum tentu panjang umur. Untuk apa kita meributkan segala hal, mengobrolkan keburukan untuk membalas keburukan? Kita diamanahi tanggung jawab memberi contoh kebajikan, dan membuktikan Islam rahmatan lil’alamin. Perhatikanlah amal saleh kita untuk mengundang rahmat Allah, sehingga ketika tiba-tiba datang ajal kita pun bisa selamat. Insya Allah.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan amal salehnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.”(QS. al-Hasyr [59]: 18-19) [*]