SALAH satu kewajiban kita sebagai sahabat kepada sahabat adalah memberikan ketenangan dan kegembiraan dalam hidupnya, memotivasinya untuk senantiasa optimis dan menjadikan kebersamaan kita dengannya dalam persahabatan itu sebagai wujud kesamaan tujuan akhir yang bernama bahagia.
Cobalah baca satu ayat al-Qur'an saat Allah mengabadikan kata-kata Rasulullah Muhammad kepada Abu Bakar saat beliau berdua berada di Gua Tsur, bersembunyi dari kejaran kafir Quraisy. Ketika Abu Bakar disengat binatang berbisa, Abu Bakar menangis, mungkin saja bukan hanya karena sengatan itu melainkan juga karena hal lain.
Tetesan air mata Abu Bakar mengenai tubuh Nabi yang mulia ini dan membangunkan beliau dari tidur lelapnya. Terbangunlah Sang Nabi dan berkata kepada sahabatnya: "Janganlah sedih, sesungguhnya Allah bersama kita."
Kalau saat ini kita memiliki sahabat yang sedang berduka, karena musibah fisik atau hati yang terluka, karena materi atau yang immateri, karena kata atau perbuatan orang lain, alangkah indahnya kalau kita dekati dan membisikkan kepadanya apa yang dinyatakan Rasulullah kepada Abu Bakar tadi. Suara seorang sahabat yang tulus adalah bagian obat kegelisahan yang cukup mujarrab. Cobalah.
Jangan pernah berkata bahwa cerita akan selesai begitu saja sampai kita bisa membahagiakan sahabat-sahabat kita. Pada masanya nanti akan tiba giliran kita untuk dibahagiakan dan dikuatkan untuk bertahan di tengah ujian dan musibah mendera kita.
Satu hal yang harus diyakini: "tak selamanya kita berada di puncak, dan tak selama-lamanya orang lain ada di titik bawah." Dunia berputar, sahabatku, saudaraku. Salam jumpa dalam kajian Sabtu Ashar di Ponpes Kota Alif Laam Miim, AIM.